Gak terasa umur de' Kayla sudah 20 bulan, 4 bulan lagi bakal dua tahun. Diusianya yang sekarang, de' Kayla makin bertambah aja kepintaran. Jadi Ibu gak perlu khawatir seperti dulu lagi. Sekarang ini kepintaran, nyetel DVD sendiri. Pokoknya dari pagi sampai malam mau tidur, televisi dikuasai de' Kayla tanpa siapa pun bisa menggugatnya. Apalagi sejak dapat VCD Dera dan teman-teman, hadiah dari susu Bendera, terus aja itu CD dipasang, sampai Ibu rasa kalau tuh CD dan player bisa ngomong, pasti udah minta istirahat...he....he...
Mbak Iyah sampai bilang gini : de Ela, gantian dong. Sekali-sekali mbak nonton TV.
Yang rusuhnya nih, kalau kak Lily pas gak cocok sama keinginan de' Kayla. Bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga. Yang satu mau nonton Dora, yang satu mau nonton Dera dan teman-teman. Trus ntar entah siapa yang mulai, ada yang mulai mukul, atau gak nyubit, trus nangis kenceng deh. Tinggal yang mendengarnya harus punya hati dan kesabaran seluas samudera.
Cuma kalau lagi akur nih, de' Kayla suka diajak kak Lily main bareng, seperti ini :
Oh yah, karena sudah menjelang dua tahun ini, Ibu lagi mempersiapkan de' Kayla untuk disapih. Sampai sekarang de' Kayla memang masih mimik ASI. Gak seharian penuh sih, kalau Ibu ngantor, mimik ASInya malam hari. Kalau lagi dirumah, bobo siang dan malam hari.
Tadinya pas umur 17 bulan mau disapih karena ASInya udah gak begitu banyak lagi. Waktu itu iseng aja, pengen liat reaksi de' Kayla, jadi mimiknya ditempelin sama tensoplas. Pas mau mimik, de' Kayla heran. Tapi dia tetep berusaha mau mimik. Mulutnya tetap disodorin, tapi trus ditarik karena mungkin ngerasain gak enak.
Gak patah semangat, tuh tensoplas mau dikopek-kopek, sampai akhirnya Ibu yang kesakitan sendiri. Sejak itu udah gak mau coba-coba lagi :)
Cuma kalau sekarang udah bertekad bisa menyapih, karena de' Kayla udah cukup umur untuk ngak mimik ASI dan kantor Ibu udah mulai tanya-tanya kapan bisa tugas kantor lagi. Mudah-mudahan proses menyapihnya nanti gak terlalu susah.
Wednesday, August 30, 2006
Monday, August 28, 2006
Si Tudung Merah
De Kayla lagi suka dibacain cerita Si Tudung Merah. Pasti banyak deh yang tau tentang dongeng Si Tudung Merah ini, yang merupakan salah satu dari empat cerita dari Dunia Grimm, karya si Raja Dongeng Hans Christian Andersen . Dari jaman Ibu dan Ayah masih kecil, udah diceritain dongeng ini, kebayangkan tuanya tuh cerita :)
Dari rumah aja, buku dongeng ini merupakan warisan dari Kak Ririn (anak adik Ibu), yang sekarang sudah kelas satu SMA.
De Kayla sih belum ngerti, Ibu lihat dia sepertinya senang dengan gambarnya dan mungkin karena sering melihat Kak Lily dibacain cerita ini, jadi suka bawa-bawa tuh buku : "ca..aca.. nih," katanya sambil nunjuk-nunjuk gambar Si Tudung Merah.
Ibu sih seneng-seneng aja ngebacain apalagi karena de' Kayla belum ngerti kalau Ibu bacainnya suka lompat-lompat biar cepet selesai... he....he... Cuma kak Lily, yang udah tau dan bisa baca suka protes : "Bu, ceritanya gak gitu lagi. Kok Si Tudung Merahnya yang metik bunga gak ada bacaannya," kata Lily. Ternyata kak Lily gak mau adiknya dibohongin :)
Oh yah, kesimpulan dari dongeng Si Tudung Merah dan sering Ibu kasih tau sama kak Lily : Setiap Ayah dan Ibu kasih tau, harus dipatuhi dan gak boleh dilanggar. Kalau dah ngomong gitu, kak Lily sih manggut-manggut aja, karena kadang masih suka ngeyel juga :)
Dari rumah aja, buku dongeng ini merupakan warisan dari Kak Ririn (anak adik Ibu), yang sekarang sudah kelas satu SMA.
De Kayla sih belum ngerti, Ibu lihat dia sepertinya senang dengan gambarnya dan mungkin karena sering melihat Kak Lily dibacain cerita ini, jadi suka bawa-bawa tuh buku : "ca..aca.. nih," katanya sambil nunjuk-nunjuk gambar Si Tudung Merah.
Ibu sih seneng-seneng aja ngebacain apalagi karena de' Kayla belum ngerti kalau Ibu bacainnya suka lompat-lompat biar cepet selesai... he....he... Cuma kak Lily, yang udah tau dan bisa baca suka protes : "Bu, ceritanya gak gitu lagi. Kok Si Tudung Merahnya yang metik bunga gak ada bacaannya," kata Lily. Ternyata kak Lily gak mau adiknya dibohongin :)
Oh yah, kesimpulan dari dongeng Si Tudung Merah dan sering Ibu kasih tau sama kak Lily : Setiap Ayah dan Ibu kasih tau, harus dipatuhi dan gak boleh dilanggar. Kalau dah ngomong gitu, kak Lily sih manggut-manggut aja, karena kadang masih suka ngeyel juga :)
Friday, August 25, 2006
Ketemu Tante Rhien dan Farrel
Setelah dua kali gagal bertemu (rencana pertama disaat lebaran tahun 2005 dan bulan Juli 2006), akhirnya saat liburan di Yogya kemarin, kami bertemu dengan Tante Rhien dan Farrel, yang selama ini tinggal di Qatar dan sedang berada di Yogyakarta hingga pertengahan Nopember 2006.
Rencananya hari Sabtu pagi, 19 Agustus, kami mau main kerumah Tante Rhien di Gedongkiwo, MJ 1/840, deket Stikes/Akafarma. Tapi karena Tante Rhien, lagi membantu adiknya yang baru melahirkan, rencana pun berganti menjadi sore. Hampir saja batal, karena de' Kayla ngantuk dan pengen tidur. Sementara kak Lily sudah gak sabaran pengen kenal sama Tante Rhiend an Farrel.
Setengah lima sore, kami pergi kerumah Tante Rhien. Gak terlalu susah mencarinya, cuma jaraknya dari rumah Mbah Putri di Jetis kerumah Tante Rhien, lumayan jauh :) Oh yah, rumah Tante Rhien yang kami datangi itu kontrakan. Karena rumah Tante Rhien yang asli di Jalan Kesumanegara. Waktu terjadi gempa, Tante Rhien kasih kabar, rumahnya di Kesumanegara jadi korban gempa juga dan banyak yang harus dibenahi. Selain itu karena bapaknya Tante Rhien sedang sakit, maka perlu tempat yang lebih tenang.
Waktu dirumah Tante Rhien, kak Lily berkenalan dengan Farrel, yang diam aja. Sepertinya Mas Farrel bingung melihat kak Lily dan de' Kayla yang gak bisa diam :) de' Kayla sibuk mondar mandir, keluar masuk rumah. Untung ada Ayah yang temani de' Kayla, jadi Ibu bebas ngobrol sama Tante Rhien.
Tapi lagi enak-enak ngobrol dan mencicipi kue bolu gulung buatan Tante Rhien, kak Lily tiba-tiba ngajak pulang karena dia pengen ke Pasar Malam Festival Merti Code 2006. Gak bisa diminta sabar, akhirnya kami pamit pulang. Sebelum pulang kami sempat foto-fotoan dulu. Maklum semuanya banci tampil, yang ingin mejengin fotonya di blog masing-masing...he....he..he...
Sayang beberapa foto yang diambil Ayah, hasilnya goyang begitu juga foto yang di kamera Tante Rhien. Jadi yang berhasil cuma satu. Diakhir perbincangan, kita janjian lagi mudah-mudahan bisa ketemuan dilain waktu, karena Tante Rhien ada rencana mau ke Jakarta, hari kedua Lebaran nanti.
Oh ya, kak Lily sepulang dari rumah Tante Rhien sempat ke pasar malam. Dan hari minggunya, kami melihat atraksi pawai penutupan Festival Merti Code 2006.
Rencananya hari Sabtu pagi, 19 Agustus, kami mau main kerumah Tante Rhien di Gedongkiwo, MJ 1/840, deket Stikes/Akafarma. Tapi karena Tante Rhien, lagi membantu adiknya yang baru melahirkan, rencana pun berganti menjadi sore. Hampir saja batal, karena de' Kayla ngantuk dan pengen tidur. Sementara kak Lily sudah gak sabaran pengen kenal sama Tante Rhiend an Farrel.
Setengah lima sore, kami pergi kerumah Tante Rhien. Gak terlalu susah mencarinya, cuma jaraknya dari rumah Mbah Putri di Jetis kerumah Tante Rhien, lumayan jauh :) Oh yah, rumah Tante Rhien yang kami datangi itu kontrakan. Karena rumah Tante Rhien yang asli di Jalan Kesumanegara. Waktu terjadi gempa, Tante Rhien kasih kabar, rumahnya di Kesumanegara jadi korban gempa juga dan banyak yang harus dibenahi. Selain itu karena bapaknya Tante Rhien sedang sakit, maka perlu tempat yang lebih tenang.
Waktu dirumah Tante Rhien, kak Lily berkenalan dengan Farrel, yang diam aja. Sepertinya Mas Farrel bingung melihat kak Lily dan de' Kayla yang gak bisa diam :) de' Kayla sibuk mondar mandir, keluar masuk rumah. Untung ada Ayah yang temani de' Kayla, jadi Ibu bebas ngobrol sama Tante Rhien.
Tapi lagi enak-enak ngobrol dan mencicipi kue bolu gulung buatan Tante Rhien, kak Lily tiba-tiba ngajak pulang karena dia pengen ke Pasar Malam Festival Merti Code 2006. Gak bisa diminta sabar, akhirnya kami pamit pulang. Sebelum pulang kami sempat foto-fotoan dulu. Maklum semuanya banci tampil, yang ingin mejengin fotonya di blog masing-masing...he....he..he...
Sayang beberapa foto yang diambil Ayah, hasilnya goyang begitu juga foto yang di kamera Tante Rhien. Jadi yang berhasil cuma satu. Diakhir perbincangan, kita janjian lagi mudah-mudahan bisa ketemuan dilain waktu, karena Tante Rhien ada rencana mau ke Jakarta, hari kedua Lebaran nanti.
Oh ya, kak Lily sepulang dari rumah Tante Rhien sempat ke pasar malam. Dan hari minggunya, kami melihat atraksi pawai penutupan Festival Merti Code 2006.
Wednesday, August 23, 2006
Karnaval Tujuhbelasan
Seperti yang diceritakan sebelumnya, Tujuh Belas Agustus yang lalu kami berada di Yogyakarta. Berangkat dari Bekasi, Rabu malam dan sampai di rumah Mbah di Cokrokusuman, Jetis Pasiraman, Kamis pagi. Setelah mandi dan sarapan, kak Lily langsung kerumah Sekar, teman akrabnya kalau berada di Yogyakarta.
Rupanya, Bulik Santhi (adik Ayah) mendaftarkan Kak Lily untuk ikut karnaval anak-anak di RW 3, bergabung dengan anak-anak RT 39, tempat tinggal Mbah. Bulik Santhi juga sudah telepon Tante Ana, perias langganan keluarga yang tinggal di Bungirejo, belakang SMP 6 Jalan AM. Sangaji, untuk mendandani kak Lily.
Tau bakal ikut karnaval, kak Lily seneng banget. Gak henti-hentinya bertanya jam berapa acara karnaval dimulai dan kapan mau dirias. "Bulik, nanti aku pakai baju apa ? Aku kan gak punya kebaya," tanya Lily sama Buliknya.
Kata Bulik, nanti semuanya disediain sama Tante Ana. Kak Lily tinggal terima beres dan duduk manis, buat dirias. "Sekarang kak Lily tidur dulu, karena acaranya sore ntar ngantuk lagi," kata Bulik Santhi. Demi ikut karnaval, kak Lily pun mau tidur siang. Hal yang jarang dilakukannya sejak de Kayla berumur satu tahun :(
Sekitar pukul 1 siang, kak Lily, Ibu dan Bulik Santhi kerumah Tante Ana, yang rupanya sudah menunggu-nunggu kedatangan kami. Tante Ana sudah menyiapkan segalanya. Mulai dari kebaya, jarig, sandal, plus aksesoris.
Karena kak Lily memang suka didandanin, Tante Ana gak perlu repot-repot dandanin. Kak Lily tampak anteng dan gak perlu waktu lama, akhirnya Tante Ana beres dandanin kak Lily. Setelah itu kak Lily pakai kebaya, jarig, dan perlengkapan lainnya. Gak lupa Tante Ana, kasih pinjam kipas buat kak Lily.
De Kayla waktu lihat kak Lily didandanin, sepertinya sempat tidak mengenali...he...he.. Tapi gak lama, de' Kayla pengen ikutan bergaya seperti kak Lily. Dan hasilnya seperti ini :
Ternyata karnaval baru dimulai sekitar pukul 15.30. Anak-anak dari tiap RT di RW 3, berkumpul di gedung sekolah yang ada didekat rumah, dengan dibimbing kakak-kakak dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang sedang KKN.
Dengan berjalan kaki bersama, anak-anak yang ikut karnaval mengelilingi kampung mulai dari Jalan Cokrokusuman, Jalan AM Sangaji dan kemudian kembali melalui Taman Siswa. Pokoknya kak Lily merasa senang dengan 17 Agustusnya kali ini.
Rupanya, Bulik Santhi (adik Ayah) mendaftarkan Kak Lily untuk ikut karnaval anak-anak di RW 3, bergabung dengan anak-anak RT 39, tempat tinggal Mbah. Bulik Santhi juga sudah telepon Tante Ana, perias langganan keluarga yang tinggal di Bungirejo, belakang SMP 6 Jalan AM. Sangaji, untuk mendandani kak Lily.
Tau bakal ikut karnaval, kak Lily seneng banget. Gak henti-hentinya bertanya jam berapa acara karnaval dimulai dan kapan mau dirias. "Bulik, nanti aku pakai baju apa ? Aku kan gak punya kebaya," tanya Lily sama Buliknya.
Kata Bulik, nanti semuanya disediain sama Tante Ana. Kak Lily tinggal terima beres dan duduk manis, buat dirias. "Sekarang kak Lily tidur dulu, karena acaranya sore ntar ngantuk lagi," kata Bulik Santhi. Demi ikut karnaval, kak Lily pun mau tidur siang. Hal yang jarang dilakukannya sejak de Kayla berumur satu tahun :(
Sekitar pukul 1 siang, kak Lily, Ibu dan Bulik Santhi kerumah Tante Ana, yang rupanya sudah menunggu-nunggu kedatangan kami. Tante Ana sudah menyiapkan segalanya. Mulai dari kebaya, jarig, sandal, plus aksesoris.
Karena kak Lily memang suka didandanin, Tante Ana gak perlu repot-repot dandanin. Kak Lily tampak anteng dan gak perlu waktu lama, akhirnya Tante Ana beres dandanin kak Lily. Setelah itu kak Lily pakai kebaya, jarig, dan perlengkapan lainnya. Gak lupa Tante Ana, kasih pinjam kipas buat kak Lily.
De Kayla waktu lihat kak Lily didandanin, sepertinya sempat tidak mengenali...he...he.. Tapi gak lama, de' Kayla pengen ikutan bergaya seperti kak Lily. Dan hasilnya seperti ini :
Ternyata karnaval baru dimulai sekitar pukul 15.30. Anak-anak dari tiap RT di RW 3, berkumpul di gedung sekolah yang ada didekat rumah, dengan dibimbing kakak-kakak dari Universitas Gajah Mada (UGM) yang sedang KKN.
Dengan berjalan kaki bersama, anak-anak yang ikut karnaval mengelilingi kampung mulai dari Jalan Cokrokusuman, Jalan AM Sangaji dan kemudian kembali melalui Taman Siswa. Pokoknya kak Lily merasa senang dengan 17 Agustusnya kali ini.
Friday, August 18, 2006
Dirgahayu Republik Indonesia
Tak terasa bangsa Indonesia telah merayakan kemerdekaannya yang ke-61. Semoga diusianya yang semakin matang ini, bangsa Indonesia bisa lepas dari berbagai cobaan.
Kali ini, Kak Lily dan de Kayla merayakan Hari Kemerdekaan di Kota Yogyakarta, tanah kelahiran Ayah. Kami di Yogya sejak tanggal 16 Agustus dan rencananya akan pulang ke Bekasi tanggal 20, hari Minggu malam.
Sore sekitar pukul 15 tadi, Kak Lily ikut karnaval anak-anak di Cokrokusuman, Jetis, tempat tinggal Mbah Putri. Dengan menggunakan kebaya dan sanggul, kak Lily ikut berjalan kaki mulai dari Cokrokusuman, Jl.AM Sangaji hingga Tugu.
Rencananya di Yogya ini, kami mau mau bertemu dengan Tante Rhien dan Mas Farrel, yang kebetulan lagi berada di Yogyakarta hingga lebaran, baru setelah itu Tante Rhien kembali ke Qatar.
Cerita selanjutnya, nanti yah. Sekarang lagi mau ngajak de' Kayla naik becak :)
Kali ini, Kak Lily dan de Kayla merayakan Hari Kemerdekaan di Kota Yogyakarta, tanah kelahiran Ayah. Kami di Yogya sejak tanggal 16 Agustus dan rencananya akan pulang ke Bekasi tanggal 20, hari Minggu malam.
Sore sekitar pukul 15 tadi, Kak Lily ikut karnaval anak-anak di Cokrokusuman, Jetis, tempat tinggal Mbah Putri. Dengan menggunakan kebaya dan sanggul, kak Lily ikut berjalan kaki mulai dari Cokrokusuman, Jl.AM Sangaji hingga Tugu.
Rencananya di Yogya ini, kami mau mau bertemu dengan Tante Rhien dan Mas Farrel, yang kebetulan lagi berada di Yogyakarta hingga lebaran, baru setelah itu Tante Rhien kembali ke Qatar.
Cerita selanjutnya, nanti yah. Sekarang lagi mau ngajak de' Kayla naik becak :)
Monday, August 14, 2006
Salam Pramuka
Sejak hari Jumat malam (11 Agustus 2006), Kak Lily sudah sibuk belajar Tepuk Pramuka dan Salam Pramuka, karena hari Senin, 14 Agustus 2006 ini), sekolah Kak Lily akan melaksanakan upacara bendera sekaligus peringati Hari Pramuka yang ke-45.
Di sekolah Kak Lily, Pramuka sudah termasuk mata pelajaran. Kak Lily belajar Pramuka setiap hari Jumat selama dua jam. Selain itu, pada hari Sabtu, semua murid kecuali yang ada mata pelajaran Senam, wajib memakai pakaian Pramuka.
Lihat Kak Lily semangat belajar Tepuk dan Salam Pramuka, Ayah dan Ibu jadi teringat waktu jaman Sekolah Dasar (SD) dulu. Setiap hari Sabtu sore, ada ekstrakurikuler pramuka. Kalau pertama kali dinamakan Siaga. Setiap Pramuka, Ibu dan Ayah juga katanya, senang dengan pelajaran itu. Apalagi kalau ada Perkemahan Sabtu Minggu (Persami). Wah, rasanya bebas dari pengamatan orang tua...he...he...
Ada yang masih inget gak, belajar Semapur, tali temali, jurit malam ? Sayang yah, sepertinya sekarang ini gema Gerakan Pramuka sudah berkurang seperti masa lalu. Sepertinya anak-anak sekarang lebih banyak memilih kegiatan ngeband, ngedance, modelling, dan sebagainya.
Untuk sekedar mengingatkan kita nyanyiin himne Pramuka yuk :)
Kami Pramuka Indonesia, Manusia Pancasila
Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubuktikan
Agar Jaya Indonesia, Indonesia Tanah Airku
Kami Jadi Pandumu.....
Saturday, August 12, 2006
Musuhan...
Untuk pertama kalinya, Rabu, 9 Agustus yang lalu, Kak Lily menangis di sekolah. Ibu yang ikut masuk kedalam kelas, sempat kesel melihat Kak Lily menangis. Peristiwa itu bermula, saat kak Lily yang biasanya duduk di kursi sebelah kiri, minta duduk di kursi sebelah kanan yang ditempati oleh teman sebangkunya, Dita. "Itu kan bangku Dita, kak. Kita harus ijin dulu sama dia," kata Ibu. "Iya aku tahu. Tapi sekali-sekali aku mau duduk disitu. Gantian," balas kak Lily.
Kak Lily pun menaruh tasnya di bangku yang biasa diduduki Dita. Saat Dita datang, Ibu tanya sama Dita, boleh gak tukaran tempat duduk karena Lily mau duduk di sebelah kanan. Dita menggeleng kepala. "Tuh kak, Dita gak mau. Sudah kakak duduk ditempat biasa aja."
"Aku mau duduk disitu Bun. Sekali-sekali aku duduk disitu, gantian," kata Lily sambil matanya berkaca-kaca. Ibu bujuk Dita sekali lagi. Tapi tetap gak mempan. Lily sendiri mulai menangis sesunggukan. Dia minta duduk di kanan. Lihat Lily nangis, Ibu jadi kesel. Hampir aja tangan pengen nyubit Lily. Alhamdulillah masih sempet istighfar. Ibu ajak kak Lily keluar kelas. Dan membujuk supaya Lily mau duduk di tempat biasa.
Lily masih tetap menangis. Ibu bilang sama kak Lily, kita gak boleh maksain kehendak. Kalau temannya gak mau, Lily harus terima. "Aku gak mau duduk sama Dita Bun. Dia suka gangguin aku. Dia mau menang sendiri," kata Lily sambil sesunggukan. "Tapi kan, kakak sendiri yang waktu itu mau duduk sama Dita. Padahal waktu pertama masuk sekolah, kakak duduk sama Fitri. Berarti kakak harus tanggung resikonya," jelas Ibu. Lily masih menangis, waktu bel masuk berbunyi. Dia sempat gak mau berbaris. Untung Bu Nina, wali kelasnya lewat didepan Ibu dan kak Lily.
"Lho Lily kenapa, kok nangis," tanya Bu Nina.
"Lily mau pindah duduk, di bangku yang ditempatin Dita, tapi Dita gak mau," jelas Ibu sama Bu Nina.
"Aku gak mau duduk sama Dita bu. Dita suka gangguin aku," kata Lily.
"Yah udah. Lily baris dulu yuk. Kasih salam sama ibunya," kata Bu Nina.
Lily akhirnya mau berbaris. Ibu yang biasanya setelah mengantar Lily, trus berangkat kerja, hari itu menunggu sebentar sampai kak Lily masuk kedalam kelas. Beberapa orang ibu yang juga sedang nungguin anaknya, yang kebetulan teman satu kelas kak Lily bertanya kenapa Lily menangis. Ibu jelasin, Lily menangis karena mau berganti duduk tapi Dita-nya gak mau.
"Dita memang begitu, anaknya keras," kata seorang ibu.
Ibu diam aja gak mau ikut komentar. Nanti salah kaprah lagi. Apalagi ibunya Dita gak ada. Bisa-bisa titip uang berkurang, titip omongan berlebih :)
Sebenarnya, beberapa hari sebelum kejadian menangis di sekolah, kak Lily sudah mengungkapkan ketidak sukaannya kepada Dita. "Dita suka gangguin aku. Kalau aku lagi nulis, tanganku suka ditowel-towel. Dia ngajak main terus. Aku bilang, nanti dulu dong Dita, aku kan lagi nulis. Tapi dia trus marah. Dita gak suka kalau aku selesai duluan, Bun," kata kak Lily.
Ibu bilang sama kak Lily kasih tahu sama Bu Nina. Kata kak Lily, sudah. Tapi nanti Dita-nya terus marah. Menurut kak Lily, kalau lagi istirahat Dita suka mendorong-dorong. "Mungkin Dita bercanda, kak," kata Ibu. "Tapi kan sakit Bun. Aku pernah mau jatuh waktu didorong," jelas kak Lily.
Ayah yang ikut mendengar percakapan kak Lily sama Ibu menimpali, harus sabar kan gak semua teman baik. Mungkin kak Lily juga pernah dorong Dita. "Makanya kita gak boleh kasar dan nakal sama teman, supaya gak dikasarin," kata Ayah. "Aku gak kasar. Aku kan mainnya sama Pipit, sama Silva," kata kak Lily. Kak Lily, ibu suruh supaya sabar, karena yang memilih duduk sama Dita, kak Lily sendiri.
Malamnya Ibu tanya sama kak Lily, apa disekolah masih nangis waktu Ibu tinggal. Kak Lily bilang nggak dan sekarang duduk sendiri. "Tapi nanti aku duduk sama Silva. Kan Silva lagi gak masuk, sakit. Dita sekarang duduk sama Yola," kata kak Lily. "Yah udah. Sekarang kakak gak boleh nangis lagi di sekolah. Masa sudah gede nangis di sekolah. Kakak harus baik dan sabar sama temen," kata Ibu. Lily cuma senyam senyum.
Satu masalah terpecahkan. Mudah-mudahan tidak ada masalah baru lagi disekolah. Yah, itu bagian dari pernak pernik bersekolah dan bersosialisasi. Kak Lily sekarang sudah mulai belajar berinteraksi.
Untuk pertama kalinya, Rabu, 9 Agustus yang lalu, Kak Lily menangis di sekolah. Ibu yang ikut masuk kedalam kelas, sempat kesel melihat Kak Lily menangis. Peristiwa itu bermula, saat kak Lily yang biasanya duduk di kursi sebelah kiri, minta duduk di kursi sebelah kanan yang ditempati oleh teman sebangkunya, Dita. "Itu kan bangku Dita, kak. Kita harus ijin dulu sama dia," kata Ibu. "Iya aku tahu. Tapi sekali-sekali aku mau duduk disitu. Gantian," balas kak Lily.
Kak Lily pun menaruh tasnya di bangku yang biasa diduduki Dita. Saat Dita datang, Ibu tanya sama Dita, boleh gak tukaran tempat duduk karena Lily mau duduk di sebelah kanan. Dita menggeleng kepala. "Tuh kak, Dita gak mau. Sudah kakak duduk ditempat biasa aja."
"Aku mau duduk disitu Bun. Sekali-sekali aku duduk disitu, gantian," kata Lily sambil matanya berkaca-kaca. Ibu bujuk Dita sekali lagi. Tapi tetap gak mempan. Lily sendiri mulai menangis sesunggukan. Dia minta duduk di kanan. Lihat Lily nangis, Ibu jadi kesel. Hampir aja tangan pengen nyubit Lily. Alhamdulillah masih sempet istighfar. Ibu ajak kak Lily keluar kelas. Dan membujuk supaya Lily mau duduk di tempat biasa.
Lily masih tetap menangis. Ibu bilang sama kak Lily, kita gak boleh maksain kehendak. Kalau temannya gak mau, Lily harus terima. "Aku gak mau duduk sama Dita Bun. Dia suka gangguin aku. Dia mau menang sendiri," kata Lily sambil sesunggukan. "Tapi kan, kakak sendiri yang waktu itu mau duduk sama Dita. Padahal waktu pertama masuk sekolah, kakak duduk sama Fitri. Berarti kakak harus tanggung resikonya," jelas Ibu. Lily masih menangis, waktu bel masuk berbunyi. Dia sempat gak mau berbaris. Untung Bu Nina, wali kelasnya lewat didepan Ibu dan kak Lily.
"Lho Lily kenapa, kok nangis," tanya Bu Nina.
"Lily mau pindah duduk, di bangku yang ditempatin Dita, tapi Dita gak mau," jelas Ibu sama Bu Nina.
"Aku gak mau duduk sama Dita bu. Dita suka gangguin aku," kata Lily.
"Yah udah. Lily baris dulu yuk. Kasih salam sama ibunya," kata Bu Nina.
Lily akhirnya mau berbaris. Ibu yang biasanya setelah mengantar Lily, trus berangkat kerja, hari itu menunggu sebentar sampai kak Lily masuk kedalam kelas. Beberapa orang ibu yang juga sedang nungguin anaknya, yang kebetulan teman satu kelas kak Lily bertanya kenapa Lily menangis. Ibu jelasin, Lily menangis karena mau berganti duduk tapi Dita-nya gak mau.
"Dita memang begitu, anaknya keras," kata seorang ibu.
Ibu diam aja gak mau ikut komentar. Nanti salah kaprah lagi. Apalagi ibunya Dita gak ada. Bisa-bisa titip uang berkurang, titip omongan berlebih :)
Sebenarnya, beberapa hari sebelum kejadian menangis di sekolah, kak Lily sudah mengungkapkan ketidak sukaannya kepada Dita. "Dita suka gangguin aku. Kalau aku lagi nulis, tanganku suka ditowel-towel. Dia ngajak main terus. Aku bilang, nanti dulu dong Dita, aku kan lagi nulis. Tapi dia trus marah. Dita gak suka kalau aku selesai duluan, Bun," kata kak Lily.
Ibu bilang sama kak Lily kasih tahu sama Bu Nina. Kata kak Lily, sudah. Tapi nanti Dita-nya terus marah. Menurut kak Lily, kalau lagi istirahat Dita suka mendorong-dorong. "Mungkin Dita bercanda, kak," kata Ibu. "Tapi kan sakit Bun. Aku pernah mau jatuh waktu didorong," jelas kak Lily.
Ayah yang ikut mendengar percakapan kak Lily sama Ibu menimpali, harus sabar kan gak semua teman baik. Mungkin kak Lily juga pernah dorong Dita. "Makanya kita gak boleh kasar dan nakal sama teman, supaya gak dikasarin," kata Ayah. "Aku gak kasar. Aku kan mainnya sama Pipit, sama Silva," kata kak Lily. Kak Lily, ibu suruh supaya sabar, karena yang memilih duduk sama Dita, kak Lily sendiri.
Malamnya Ibu tanya sama kak Lily, apa disekolah masih nangis waktu Ibu tinggal. Kak Lily bilang nggak dan sekarang duduk sendiri. "Tapi nanti aku duduk sama Silva. Kan Silva lagi gak masuk, sakit. Dita sekarang duduk sama Yola," kata kak Lily. "Yah udah. Sekarang kakak gak boleh nangis lagi di sekolah. Masa sudah gede nangis di sekolah. Kakak harus baik dan sabar sama temen," kata Ibu. Lily cuma senyam senyum.
Satu masalah terpecahkan. Mudah-mudahan tidak ada masalah baru lagi disekolah. Yah, itu bagian dari pernak pernik bersekolah dan bersosialisasi. Kak Lily sekarang sudah mulai belajar berinteraksi.
Tuesday, August 08, 2006
Capek Hati....
Malam minggu yang lalu, saat sedang kumpul bersama menonton TV, tiba-tiba terjadi perebutan Ibu antara Kak Lily dan de' Kayla. Awalnya Kak Lily yang sedang asyik rebahan di pangkuan Ibu, diusir de' Kayla, yang mungkin juga pengen rebahan. De' Kayla dorong-dorong badan Kak Lily, supaya bangun dan pindah. "Au nda (mau indah, maksute..he...he.. gara-gara sering dengarin si Ayah manggil Ibu dengan nama sendiri). Awasss...awassss. Lily egi," kata de' Kayla sambil narik-narik tangan Kak Lily supaya pergi dari pangkuan Ibu.
"Adek jangan dong. Adek mah maunya menang sendiri. Kalau kakak lagi sama Mbak Iyah, adek mau juga sama Mbak Iyah. Sekarang kakak lagi sama bunda, adek mau sama bunda juga. Kakak capek hati nih," kata Kak Lily sambil nangis sesunggukan.
De' Kayla tetap ngak mau ngerti. De' Kayla terus aja mengusir kakaknya dari samping Ibu. Tapi begitu melihat kakaknya menangis, de' Kayla ikutan nangis juga. Akhirnya malam itu jadi ramai sama tangisan. Mbak Iyah turun tangan, ambil de' Kayla untuk digendong tapi yang ada de' Kayla malah menghentak-hentakan badannya gak mau digendong. Ayah yang ikutan gak mempan juga. De' Kayla tetap mau sama ibunya, sementara Kak Lily gak mau ngelepasin Ibu.
Tapi begitu de' Kayla digendong sama Ibu, de' Kayla gak mau kak Lily ikutan. Dia maunya sendiri. Ibu bilang sama Kak Lily untuk mengalah tapi kak Lily gak mau. "Kenapa aku terus yang disuruh ngalah. Kalau siang, adek sama Mbak Iyah, aku gak apa-apa. Aku gak ngiri. Sekarang sama bunda, de' Kayla mau juga. Adek egois," kata Kak Lily.
Duh, Kak Lily sudah bisa bilang capek hati dan egois. Ibu saat itu cuma bisa bilang kalau de' Kayla masih kecil, belum sekolah dan belum mengerti apa-apa, kalau kak Lily kan sudah besar, sudah sekolah dan bisa diajak ngomong seperti orang dewasa. "Aku belum dewasa, bunda. Aku masih enam tahun," jawab Kak Lily masih tetap menangis.
Setelah dibujuk sama Ayah, akhirnya Kak Lily mau digendong Ayah. Suasana pun kembali tenang dari tangisan.
Yah begitulah punya anak dua orang. Yang dewasa aja masih saling iri, apalagi yang masih kecil. Sekarang ini tiada hari tanpa berebut. Kadang berakhir dengan pertengkaran dan menangis, kadang rukun, aman dan sentausa. Bukan hanya berebut Ibu, tapi juga mainan, tempat tidur, makanan, dan peralatan menulis jika kak Lily lagi sibuk belajar. Kadang kalau lagi bercanda ketawanya sampai terbahak-bahak.
Apa karena keduanya perempuan yah, jadi lebih sering bertengkar. Kalau beda jenis kelaminnya, apa mungkin lebih tenang ? Gimana nih, yang punya anak laki dan perempuan ?
Oh yah, Lily sekarang lagi suka panggil bunda, karena kalau Ibu katanya sama dengan Ibu Guru. Tapi lain waktu bisa manggil mami juga..he...he...sesuka hatinya.
Keadaan Ibu sendiri, yah masih begitu-begitu saja. Kadang suka kambuh, kadang baik-baik aja. Tapi dalam satu hari, pasti tangan kanan masih sering kebas (kesemutan) dan kram. Pengobatan masih jalan terus sampai dokter bilang sudah baik-baik saja (kayak lagu Ratu saja..he...)
Subscribe to:
Posts (Atom)