Pernikahan ala SCTV dan TPI :)
Yuhu....! Assamu'alaikum, apa kabar dunia ! Wah udah lama nih gak update, maklum yang punya kepentingan lagi ribet dan terserang penyakit malas...he...he..(yang ini sulit dihindari).
Cuma mau kasih kabar sedikit aja, bahwa Sabtu, tanggal 28 Januari 2006 lalu, ada hajat dari keluarga besar kami. Yaitu pernikahan Tante Diu (Dewvina Oktora) dengan om Taufik Maru.
Tante Diu, sepupu ibu (mama tante Diu dan mamanya Ibu aka Ompung Guru, kakak beradik). Jadi, tante Diu itu setengah Batak karena ayahnya adalah orang Batu, Malang, Jawa Timur, sementara om Taufik, asli dari Aceh, tepatnya di Sabang. Waktu tsunami, 26 Desember 2005 lalu, saudaranya om Taufik banyak yang jadi korban.
Tante Diu dan Om Taufik, kenalan di SCTV, tempat kerja tante Diu sebelum pindah ke TPI. Tante Diu jadi reporter, om Taufik cameraman. Biasa deh cinlok katanya....he....he...
Oh yah, tante Diu ini salah satu saudara Ibu yang kejeblos ngikutin Ibu jadi wartawan aka reporter...he....he.. Selain itu masih ada Tulang Wahyu dan Tulang Ari, adik kandung Ibu.
Saat pernikahan tante Diu dan om Taufik itu, sang pengantin kalah beken sama tamu-tamu yang datang. Soalnya ada Miko Toro, yang jadi among tamu, trus ada Alfito Deanova, Ariyo Ardi dan tentu saja pemimpin redaksi Liputan 6, Rosiana Silalahi yang datang bersama suaminya. Oh yah dari TPI, ada presenter Rentjani yang suka bawain acara Sidik.
Nah, para undangan pun bikin acara sendiri, jumpa fans dengan presenter-presenter itu. Asyik foto sana, foto sini, malah ada yang minta dicium segala lho sama Rosiana Silalahi...he...he...
Ayah, ibu, Kak Lily, sama keluarga Ibu (termasuk Tulang Wahyu), cuma geleng-geleng kepala aja. Apalagi ngeliat saudara-saudara juga ada yang heboh, termasuk Ompung Guru lho, fotoan sama Alfito...he...he... Sampai diprotes sama Tulang Ari, kok udah tua masih genit sih...he...he...
Alhamdulillah, acara tante Diu dan Om Taufik berjalan lancar. Ibarat kata kemarin itu merupakan acara kolaborasi SCTV dan TPI. (Btw, banyak lho orang SCTV yang nikah sama orang TPI...he...he...).
Acara tante Diu sama Om Taufik ini merupakan rangkaian pertama acara besar yang diadakan keluarga Ibu dan Ayah. Pada bulan April 2006 mendatang, Om Dodi (adik sepupu Ayah), bakal nikah juga. Kemudian Insya Allah kalau tidak ada halangan, adik Ibu yang paling bungsu yaitu Tulang Ari akan menikah dengan tunangannya, Tante Rani, pada bulan September 2006, di Lampung. Jadi kalau blog jarang-jarang diupdate harap maklum yah.
Tuesday, January 31, 2006
Saturday, January 07, 2006
Merek Tahu dan Mie Berformalin
Berdasarkan catatan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta, 8 merek mie dan tahu ini termasuk dalam 56 dari 98 sampel makanan yang positif mengandung formalin.
Delapan merek itu adalah :
- Mie Kriting Telor Special Super Mie Ayam ZZ, Mie Bintang Terang, Bakmi Super Kriting Telor ACC, Mie Kriting Jo's Food, Mie Aneka Rasa
- Tahu Bintang Terang, Tahu Kuning Sari, dan Tahu Takwa Poo yang diproduksi Kediri.
Untuk mengelabui konsumen, produsen Tahu Kuning Sari tidak segan-segan membubuhkan tulisan di bawah kemasan dengan kata-kata "Bebas formalin dan boraks". Sementara di kemasan Tahu Takwa Poo tercantum nomorregister dari Depkes RI.
Menurut Kepala BBPOM Jakarta, Atiek Hartawati produk-produk ini bisa lolos karena waktu minta izin, barang yang diajukan tanpa formalin dan boraks. Sampel-sampel tersebut diambil dari pasar tradisional dan swalayan di sejumlah wilayah, antara lain Pasar Muarakarang, Muara Angke dan Rawamangun.
Dari 23 sampel mie basah dan kriting, 15 sampel positif mengandung formalin. Demikian juga ikan asin dari 34 sampel, sebanyak 22 sampel positif. Sedangkan tahu dari 41 sampel, 46,3 persen positif berformalin.
Bahan-bahan makanan itu dijadikan sampel dengan cara dicampur zat test kit formalin. Bahan yang mengandung formalin setelah 5 menit warnanya akan berubah menjadi ungu. Sedangkan yang tidak mengandung formalin tidak mengalami perubahan warna.(sumber : detikcom)
Wednesday, January 04, 2006
Awas...Formalin Disekitar Kita
Assamu'alaikum, Hai Dunia, sudah tahun 2006 nih ! Di penghujung tahun 2005 lalu, kita terhenyak dengan maraknya pemberitaan mengenai pemakaian bahan pengawet formalin, pada berbagai macam makanan seperti ikan asin, tahu, baso dan mie basah.
Mengerikan memang, karena bahan-bahan makanan tersebut seperti tahu misalnya hampir setiap hari kami makan terutama Kak Lily. Yang namanya tahu, jika digoreng pasti langsung dimakan panas-panas. "Enak kan panas Bu, kalau dingin lembek", kata Kak Lily, kalau ditanya kenapa makannya panas-panas. Bisa dikatakan, digoreng tandas, digoreng tandas :)
Kalau untuk mie basah, baso dan ikan asin, yah ngak terlalu sering sih, tapi kan ngeri juga kalau kita tahu ternyata selama ini kita memakan bahan pengawet yang biasa dipakai untuk mengawetkan mayat :(
Apa sih formalin itu, dan kenapa dipakai untuk bahan makanan. Ini ada artikel tentang Bahaya Formalin, yang Ibu ambil dari Horison. Disini disebutkan juga bahwa formalin terdapat pada wadah makanan melamin. Baca deh selengkapnya :
indosiar.com, Jakarta - Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan, perlu diwaspadai. Apalagi temuan di lapangan banyak makanan yang mengandung formalin diatas ambang batas aman. Makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Agar terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan pula asupan makanan yang bergizi.
Tahu contohnya, sebagai makanan yang diketahui kaya akan protein dan digemari banyak kalangan telah lama disinyalir mengandung pengawet sejenis formalin. 70 persen tahu yang beredar diduga mengandung pengawet ini. Demikian pula dengan daging ayam dan ikan segar.
Bahkan temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2004, perabot rumah tangga yang banyak digunakan sebagai wadah makanan yang terbuat dari melamin mengandung formalin dengan kadar tinggi. Diantaranya mencapai 4,76 hingga 8,82 miligram perliter.
Selain berfungsi sebagai pengawet, bahan beracun juga kerap muncul dalam fungsinya sebagai pewarna. Bahan pewarna ini digunakan untuk menambah daya tarik penampilan makanan. Biasanya banyak dijumpai pada panganan anak - anak.
Khusus untuk formalin, bahan pengawet beracun ini dilarang digunakan untuk mengawetkan makanan seperti tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999. Formalin yang diambil dari nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 10 hingga 40 persen.
Untuk mendapatkan bahan beracun ini tidaklah terlalu sulit. Sejumlah toko kimia biasanya menyediakan dengan harga 15 ribu rupiah perliter. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, efeknya akan mematikan fungsi sel dan menyebabkan keracunan. Bisa juga iritasi lambung, kencing darah dan terburuk kanker yang berujung pada kematian.
Sebenarnya formalin banyak digunakan sebagai desinfektan untuk pembersih lantai, gudang, dan pakaian. Dan juga sebagai getmisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran. Formalin pun dapat untuk pembasmi serangga yang digunakan dalam industri tahu.
Meski tidak semua produsen dan pedagang makanan seperti tahu, ayam potong, ikan laut segar, ikan asin menggunakan formalin, namun mereka yang menggunakan formalin ini hanya bertujuan meraup keuntungan tanpa mengindahkan kesehatan pada konsumennya.
Untuk panganan tahu yang mengandung formalin dapat diketahui dari kekenyalannya yang begitu kuat. Tahu tanpa formalin bila ditekan akan mudah hancur dan mengeluarkan aroma kedelai.
Meski telah banyak temuan, namun belum muncul ketegasan pemerintah dalam pelarangan penggunaan formalin ini. Tidak ada sanksi kepada produsen dan pedagangnya. Bahkan penjual perabot melamin kian menjamun dengan menawarkan harga miring.
Pemerintah dinilai lemah dalam pengawasan ini. Tidak ada aturan khusus untuk menjamin bahwa makanan ini layak dikonsumsi.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sebenarnya telah meminta Departemen Perdagangan untuk meregolasi tata niaga import bahan kimia.Bahkan hingga distribusinya di tanah air. Sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mendapatkan bahan pengawet beracun ini.
Kini disaat aturan belum jelas, kehati-hatian memilih makanan baik pada tingkat individu ataupun pada tingkat rumah tangga amat dibutuhkan. Jangan sampai hanya karena asupan yang mengandung pengawet beracun, sumber daya manusia kita tidak memiliki kualitas yang berharga.
Subscribe to:
Posts (Atom)