Wednesday, January 04, 2006


Awas...Formalin Disekitar Kita

Assamu'alaikum, Hai Dunia, sudah tahun 2006 nih ! Di penghujung tahun 2005 lalu, kita terhenyak dengan maraknya pemberitaan mengenai pemakaian bahan pengawet formalin, pada berbagai macam makanan seperti ikan asin, tahu, baso dan mie basah.

Mengerikan memang, karena bahan-bahan makanan tersebut seperti tahu misalnya hampir setiap hari kami makan terutama Kak Lily. Yang namanya tahu, jika digoreng pasti langsung dimakan panas-panas. "Enak kan panas Bu, kalau dingin lembek", kata Kak Lily, kalau ditanya kenapa makannya panas-panas. Bisa dikatakan, digoreng tandas, digoreng tandas :)

Kalau untuk mie basah, baso dan ikan asin, yah ngak terlalu sering sih, tapi kan ngeri juga kalau kita tahu ternyata selama ini kita memakan bahan pengawet yang biasa dipakai untuk mengawetkan mayat :(

Apa sih formalin itu, dan kenapa dipakai untuk bahan makanan. Ini ada artikel tentang Bahaya Formalin, yang Ibu ambil dari Horison. Disini disebutkan juga bahwa formalin terdapat pada wadah makanan melamin. Baca deh selengkapnya :

indosiar.com, Jakarta - Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan, perlu diwaspadai. Apalagi temuan di lapangan banyak makanan yang mengandung formalin diatas ambang batas aman. Makanan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Agar terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan pula asupan makanan yang bergizi.

Tahu contohnya, sebagai makanan yang diketahui kaya akan protein dan digemari banyak kalangan telah lama disinyalir mengandung pengawet sejenis formalin. 70 persen tahu yang beredar diduga mengandung pengawet ini. Demikian pula dengan daging ayam dan ikan segar.

Bahkan temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tahun 2004, perabot rumah tangga yang banyak digunakan sebagai wadah makanan yang terbuat dari melamin mengandung formalin dengan kadar tinggi. Diantaranya mencapai 4,76 hingga 8,82 miligram perliter.

Selain berfungsi sebagai pengawet, bahan beracun juga kerap muncul dalam fungsinya sebagai pewarna. Bahan pewarna ini digunakan untuk menambah daya tarik penampilan makanan. Biasanya banyak dijumpai pada panganan anak - anak.

Khusus untuk formalin, bahan pengawet beracun ini dilarang digunakan untuk mengawetkan makanan seperti tertuang dalam peraturan Menteri Kesehatan No.1168 tahun 1999. Formalin yang diambil dari nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 10 hingga 40 persen.

Untuk mendapatkan bahan beracun ini tidaklah terlalu sulit. Sejumlah toko kimia biasanya menyediakan dengan harga 15 ribu rupiah perliter. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi, efeknya akan mematikan fungsi sel dan menyebabkan keracunan. Bisa juga iritasi lambung, kencing darah dan terburuk kanker yang berujung pada kematian.

Sebenarnya formalin banyak digunakan sebagai desinfektan untuk pembersih lantai, gudang, dan pakaian. Dan juga sebagai getmisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran. Formalin pun dapat untuk pembasmi serangga yang digunakan dalam industri tahu.

Meski tidak semua produsen dan pedagang makanan seperti tahu, ayam potong, ikan laut segar, ikan asin menggunakan formalin, namun mereka yang menggunakan formalin ini hanya bertujuan meraup keuntungan tanpa mengindahkan kesehatan pada konsumennya.

Untuk panganan tahu yang mengandung formalin dapat diketahui dari kekenyalannya yang begitu kuat. Tahu tanpa formalin bila ditekan akan mudah hancur dan mengeluarkan aroma kedelai.

Meski telah banyak temuan, namun belum muncul ketegasan pemerintah dalam pelarangan penggunaan formalin ini. Tidak ada sanksi kepada produsen dan pedagangnya. Bahkan penjual perabot melamin kian menjamun dengan menawarkan harga miring.
Pemerintah dinilai lemah dalam pengawasan ini. Tidak ada aturan khusus untuk menjamin bahwa makanan ini layak dikonsumsi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sebenarnya telah meminta Departemen Perdagangan untuk meregolasi tata niaga import bahan kimia.Bahkan hingga distribusinya di tanah air. Sehingga tidak semua orang dapat dengan mudah mendapatkan bahan pengawet beracun ini.

Kini disaat aturan belum jelas, kehati-hatian memilih makanan baik pada tingkat individu ataupun pada tingkat rumah tangga amat dibutuhkan. Jangan sampai hanya karena asupan yang mengandung pengawet beracun, sumber daya manusia kita tidak memiliki kualitas yang berharga.

No comments: