Saturday, March 31, 2007

Matahariku


Seperti namamu,
bersinarlah terang bagai matahari
Seperti namamu,
junjunglah kehormatan sebagai wanita
Senyummu pembangkit jiwa hidupku
dari keterpurukan
dari kelelahan
dari penderitaan
Celotehmu, energiku
tawa candamu, senandungku
tangismu, lukaku
Tetaplah disampingku, karena kau matahariku
:Kakay (Tiurma Kayla Puspitarani)

Thursday, March 29, 2007

Harapan

Kadang terasa betah hidupku disini
Namun betapa tega roda nasib menimpa

Tiada keindahan menjemput
hati terkulai
diiris rasa menyiksa

Belati tertancap di ulu hati
takkan sepedih jerit hati
meniti hari demi hari
dalam rinduku padamu

Takkan berhenti kuberharap
meski kau tak pernah kudekap

Matahari Rembulan

Matahari tawaku
rembulan senyumku
debur ombak semangatku

desir angin bisikanku
kicau burung ceriaku
laut biru rinduku
semua milikku

Tapi semua tak berarti
kalau kau tak kumiliki
aku rela menyerahkan semua
yang aku miliki
asal kau menjadi milikku

Tuesday, March 27, 2007

Feeling Blue



Luka itu telah tersaji

Hati yang patah tergores perih

Isak tertahan didalam hati

Bisa apa untuk mengembalikan semua

Saturday, March 24, 2007

Bule Jawa

Ada yang baru dari kak Lily, nih dia :

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Sebenarnya dia ngak mau fotonya ini diposting di blog, cuma karena bule Santhi di Yogya penasaran, akhirnya dipublish juga :)

Yup, rambut kak Lily di highlight. Dia udah lama pengen minta rambutnya diwarnai, karena melihat mama cantiknya (Tante Wulan, adik saya), yang rambutnya diwarnai karena kebetulan dia kerja di Wedding Organizer. Sudah setahun yang lalu dia minta, tapi selalu berhasil saya bantah dengan berbagai alasan. Tetapi keinginan itu timbul lagi, karena melihat beberapa temannya disekolah ternyata rambutnya di highlight. Ya, lebih karena ikut-ikutan (inget ngak Tante Sili, chattingan kita beberapa hari lalu..he....he...), Lily memaksa Inanya untuk mencat rambutnya.

Ngak tahan mendengar rengekannya, meski ditentang Ayahnya, saya pun menemani Lily ke salon untuk menghighlight rambutnya, tentunya dengan sejumlah perjanjian seperti : batas waktu sampai 3 bulan, kalau jelek ngak boleh nangis, dan ini yang pertama sekaligus terakhir rambutnya diberi warna.

Dan itulah hasilnya. Seperti sudah diduga, Lily sempet down, saat anak-anak tetangga meledeknya. Untungnya disekolah tidak, karena Lily pakai jilbab. Yang jelas sih, dia sudah mulai kelihatan bosan... tapi sesuai perjanjian harus nunggu 3 bulan lagi untuk menghitamkan kembali rambutnya.

Oh ya, Jumat malam, datang paket dari Tante Donna Bandung.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Paketnya berisi sejumlah aksesoris rambut, yang langsung jadi rebutan Lily dan Kayla :) maklum, namanya anak-anak apalagi paket itu dikhususkan buat mereka, serasa seperti mendapat lotre.

"Wah bagus banget Na," kata kak Lily. "Eh, ada kartunya. Untuk Lily dan Kayla, semoga suka yah. With Love, Primadonna Angela," Lily membaca tulisan yang tertera di kartu nama Tante Donna.

"Na, with love artinya dengan cinta kan ? Tante Donna, cinta sama aku dan Kayla ?" tanya Lily dengan polosnya. Maklum deh, Lily sekarang sudah belajar bahasa Inggris, jadi dia sedikit mengerti artinya. Makasih yah Tante Donna, salam buat Aza dan Chika.

Thursday, March 22, 2007

Juara Penulis


Anak adalah harta yang tak ternilai bagi orang tuanya. Anak pun selalu menjadi kebanggaan ayah dan ibunya. Jadi jangan heran dan mengatakan orang tua sombong, jika ada orang tua yang kerap menceritakan tentang anak-anaknya. Harap maklum kalau kesannya pun menjadi narsis.


Dan kali ini, saya pun tak bermaksud narsis, hanya ingin bercerita tentang keharuan sekaligus rasa malu, atas apa yang dilakukan kak Lily.

Ini berhubungan dengan mata pelajaran PKPS (Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Sosial). Salah satu babnya mengajarkan tentang Keluarga. Dalam pelajaran Keluarga itu, setiap murid harus mendeskripsikan (benar ngak tulisannya seperti itu ?) apa dan bagaimana orang tuanya, adik, kakak, serta kakek - nenek.

Entah bagaimana Lily menjelaskannya didepan kelas, yang jelas saat saya membaca tulisannya di buku catatannya, tiba-tiba saya merasa terharu, hingga air mata nyaris menggantung di ujung mata. Plus sedikit rasa malu.

Begini tulisannya :

Aku anak pintar

Aku rajin belajar

Inaku penulis

Inaku juara penulis

Inaku kerja di indosiar

Ayahku karyawan

Ayahku kerja di darmais

Langsung saya memanggil Lily, dan bertanya :

"Ini kakak bacain didepan kelas yah ?"
"Iya".
"Kok kakak bikin Ina penulis?"
"Yah kan, Ina ngak bisa masak. Ina sukanya ngumpulin resep. Masa, aku bikin Ina pinter masak."
Duh, serasa tertonjok.

"Kan aku seneng Ina penulis. Cuma aku sendiri yang mamanya penulis, semuanya mamanya pinter masak."
Dua kali tertonjok.

"Bener kakak seneng Ina jadi penulis?"
"Iyalah. Biar aku jadi penulis juga. Biarin aja Mbak Iyah yang masak."

Tak terasa, airmata yang tadi susah payah ditahan, akhirnya turun juga.

Saya tahu Lily mempunyai pemikiran seperti itu, karena hampir tiap hari dilihatnya saya menulis. Baik di komputer maupun di buku catatan. Sementara soal masak memasak lebih banyak saya serahkan sama asisten dirumah, Mbak Iyah.
Bukannya tidak ada keinginan untuk memasak, tapi dari pada rasanya ngak keruan, lebih baik diserahkan saja pada pakarnya. Cuma kalau urusan mengatur menu dan memberi ide untuk bikin makanan apa untuk cemilan, saya masih mampu :)

Lagi pula, karena anak-anak dan suami tidak pernah menuntut saya untuk memasak, maka bisa dibilang, masak memasak dalam sebulan paling cuma sekali. Itu juga masak sayur asem dan goreng ikan :)
Duh jangan dicontoh deh model ibu seperti saya.
Dari kejadian diatas, saya merasa apapun saya, anak-anak tetap bangga. Saya pun bertekad untuk menjadi apa diri saya, tetapi saya juga bertekad untuk sedikit bisa memasak, minimal biar ngak malu-maluin. Untuk Lily, terima kasih yah nak, sudah bangga punya ibu seperti Ina.

Tuesday, March 20, 2007

Asal :)


Yang penting nih blog asal ter-update :)

Selama libur lumayan panjang kemarin, sebenarnya ada beberapa cerita seperti acara Pesta Bona Toan Sibarani Sitangkola di Gelanggang Remaja Rawamangun dan cerita tentang rambut kak Lily, yang heboh sureboh.


Karena kedua cerita ngak lengkap dan seru tanpa foto, sementara komputer dirumah baru dibenarin sama Om Tommy (mantan teman kantor Ina), ceritanya dipending dulu buat besok :)


Yang asal perlu tahu nih (duh...kayak ada aja yang mau tau), kak Lily lagi ujian mid semester. Seperti biasa, Lily sudah merasa ngak perlu belajar lagi karena sudah belajar dari dulu..he...he..


De' Kayla agak sedikit demam. Hari Sabtu kemarin, kepala dan bibirnya mencium aspal karena didorong sama anak tetangga. Kepalanya benjut biru, atas bibir agak luka sedikit. Tapi, namanya Kayla (beda dari Lily), pertama nangis kejer, begitu dikasih nenen...he....he.... langsung mak nyos, diam tanpa suara :D


Sekian dulu yah, nanti disambung lagi dengan cerita lainnya. Btw, ada pernah ngerasain angin puting beliung ngak ? Soalnya Jumat yang lalu, dirumah anginnya kenceng banget, sampai asbes ada yang jatuh..hiks...hiks...

Thursday, March 15, 2007

Megaria Nasibmu Kini

Disalah satu milis, yang saya ikuti beredar berita bahwa Bioskop Megaria, yang terletak di Jalan Pegangsaan No 21, Jakarta Pusat, samping Stasiun Kereta Api Cikini, deket sama RSCM, dan ngak jauh dari Kantor Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP), bakal dijual.

Beritanya seperti ini :
----- Original Message -----
From: "BrianChang" <canciht@yahoo. com.sg>
Subject:[isc-starlet] Dijual bangunan eks bioskop Metropole ( Megahria) jalanPegangsaan No 21

> Dijual bangunan eks bioskop Metropole ( Megahria) jalan Pegangsaan No 21( Diponegoro) / sebelah rel KA Cikini Jakarta seluas11.623 m2 @ Rp.15juta/m2.
Sudah ditawar orang Rp.11 juta/m2.
Kalau ada yangnawar diatasRp.11 juta atau minimal Rp.13 juta/m2 akandilepas.

>> Yang berminat bayar DP 50%, pelunasan dalamwaktu 5 bulan, karena lantai 2 masih dikontrak orang (minta waktu 5 bulanuntuk pengosongan) .
>> Mediator dapat fee 5%,jadi ngak usah dinaikkan lagi harganya.
>> Bersama iniditampilkan perhitungan komisinya :
>> LUAS>11.623
>> Harga/m2> 13.000.000
>> TOTAL>151.099.000. 000
>> Total komisi>7.554.950.000
>> Kalau mediator 5 orang>1.510.990.000
>>> Kalau mediator 6 orang>1.259.158.333
>>> Tolong friend, siapa tahu banyakkenalan ama konglomerat. Kalo minat,tolong reply ke site ini atau langsungcontact Ferry +62 (81) 5827-2690(ferry@muliabrothers .com)
>>Buat gambar certificatenya bisa liat di:> http://indorealesta/ tes.com/index. php?board= 9.0

Duh, miris membacanya. Satu lagi gedung tua dan bersejarah akan hilang. Semoga saja ngak dihancurin jadi mall, tapi direvitalisasi sehingga bangunannya menjadi lebih kokoh dan modern.

Buat aku sendiri, Megaria itu banyak banget memorinya. Karena bioskop itulah, pertama kali diajak Bapak nonton. Trus sewaktu aku masih sering liputan, yang berkesan banget saat penyerbuan ke kantor PDI, baru pertama jadi wartawan, masih bodoh-bodoh. Trus masih senang disuruh kemana-mana termasuk kerusuhan, dan menginapnya di Megaria...he...he...

Sewaktu pacaran, entah kenapa aku selalu memilih nonton di Megaria. Oh yah, aku tuh kalau pacaran, ngak pernah jalan-jalan loh...he...he... Paling tinggi yah nonton itu :)
Nah di Megaria, ada warung makan, yang jual ayam kecapnya endang bambang gulindam, trus ada somay dan es kelapa yang tak kalah yummy. Jadi lengkap deh. Abis nonton trus makan :)

Oh yah, terkait dengan penjualan Megaria itu, aku ingat saat wawancara dengan Direktur Eksekutif Gedung Arsip, Tamalia Alisjahbana (putri pendekar sastra Sutan Takdir Alisjahbanam, ada tiga hal utama dalam menjaga dan merawat gedung-gedung bersejarah. Yaitu : sebagai identitas nasional, sifat khas suatu bangsa atau daerah dan sebagai bagian ekonomi bangsa.

Kata Tamalia, dari gedung-gedung tersebut kita bisa melihat sejarah atau cerita tentang bangsa kita sendiri. Gedung bersejarah itu mempunyai sifat khas suatu daerah. Kalau tidak, semua tempat atau kota akan terlihat sama yaitu kota beton.

Jadi, untuk tidak jadi kota Beton, bagaimana kalau kita dukung segala rencana untuk membongkar gedung-gedung bersejarah. Atau kalau punya kenangan tentang Megaria, cerita-cerita dong ?

Tuesday, March 13, 2007

Braces


Dua minggu lebih ngak posting, lagi kram otak :)

Maklum masuk pagi, jadi segala-galanya serba terburu-buru. Termasuk buru-buru pulang.


Sekarang ini belum ada ide mau nulis apa. Ada sih sebenarnya, tentang bioskop Megaria yang mau dijual. Duh tuh bioskop banyak banget kenangannya. Secara pertama kali nonton bioskop dibawa Bapak ke Megaria, trus sewaktu sering liputan, bareng-bareng teman-teman liputan, plus waktu jaman-jamannya lagi seneng pacaran...he...he...


Tapi, setelah nulis sedikit mati ide, yah sud...disimpan dulu di draf. Sekarang mending nulis tentang kabarnya kak Lily aja, yang lagi punya permintaan aneh :)


Dua minggu yang lalu, untuk pertama kalinya, Lily kehilangan dua gigi depan dibagian bawah alias tanggal. Jadi sekarang ompong deh. Karena takut sama dokter gigi, Lily ngak mau giginya dicopot di dokter. Untungnya ngak bermasalah apa-apa dan sukses copot dua-duanya.


Sewaktu copot, menuruti nasehat Inanya, sewaktu kecil kalau gigi bawah copot, maka dilempar keatas dan satunya disimpan dibawah tempat tidur, Lily pun menuruti nasehat itu. "Memangnya kenapa Na, kok dilempar keatas," tanya Lily. "Biar cepet tumbuh," jawabku, ngak nyambung banget kan :)


"Trus satunya kenapa musti disimpen dibawah bantal," tanya Lily lagi.

"Biar kak Lily, bisa ketemu sama peri," jawabku, masih tetep ngak nyambung, yang penting pertanyaan terjawab.

"Jadi peri itu memang ada ?," tanya Lily keukeh.


Ibunya garuk-garuk kepala. Sambil dalam hati berkata : "Kenapa juga jawab seperti itu, kalau dapat pertanyaan baru."


"Ntar Ina tanya sama Ompung Guru, peri ada atau ngak," kataku mengakhiri pertanyaan.


Itu waktu giginya copot. Nah beberapa hari yang lalu, gara-gara lihat Dakota Fanning, pakai kawat gigi atau behel atau bahasa kerennya braces di majalah Bobo. Dengan entengnya Lily bilang :


"Na, aku mau pakai kawat gigi dong."

"Pakai behel......??!! Buat apa."

"Ya biar cantik."

*Ampun deh, pikir Ibunya.

"Pakai behel itu sakit nak, bukannya jadi cantik. Dulu waktu kecil Ina pernah pakai dan tau ngak rasanya ? Ngak bisa makan !," jelasku.


"Tapi ini Dakota, cantik kok pakai behel," kata Lily keukeh.

"Tapi kalau makan dia kesusahan," jawabku ngak kalah keukeh.

"Pokoknya aku mau pakai behel," ucap Lily keras kepala.

"Yah sudah, nanti kita tanya ke dokter gigi, boleh ngak seumur kamu pakai behel. Lagian kalau ompong mana bisa pakai behel."

"Yah udah, pakai gigi palsu aja deh.., biar ngak ompong."

HAH.... ibunya cuma bisa manggut-manggut.


Pusing deh. Setelah waktu itu minta miniset, sekarang Lily minta pake behel. Jaman ibunya kecil dulu, pakai behel aja musti kejar-kejaran dulu di rumah sakit, karena takutnya. Dunia ini cepat berubah yah.


Kalau dulu, ...halah, kenapa aku jadi seperti si Mama yah, yang kalau marah suka ngebanding-banding, jaman beliau dulu dengan jamanku, yang jelas-jelas jauh berbeda. Lebih baik, mikirin bagaimana cara meredam keinginan Lily. Btw, ada yang punya pengalaman pakai behel sekarang ngak ? kalau dulu kan harganya masih murah, dengar-dengar sekarang harganya bisa jutaan yah ?