Wednesday, June 28, 2006


Habis TK, Jelang SD

Tak terasa tiga tahun sudah Kak Lily bersekolah di Pra TK - TK Bani Saleh 1, Harapan Jaya, Bekasi Utara. Pesta perpisahannya sudah dilakukan di Taman Buah Mekarsari, dan Rabu, 28 Juni 2006, Kak Lily akan terima raport, setelah itu pada tanggal 17 Juli, Kak Lily akan belajar di SD Bani Saleh IV, masih di lokasi yang berdekatan.

Sudah banyak kepandaian yang diterima Kak Lily selama belajar di TK. Dari mulai mewarnai, menggambar meski gak bagus-bagus sekali tetapi seperti kata Kak Lily : aku dapat nilai selalu tersenyum :) belajar menyanyi, menari, terutama belajar doa-doa, iqro dan pelajaran agama Islam lainnya, yang Ayah dan Ibu syukuri karena jujur sebagai orang tua waktunya gak cukup buat ngajarin Kak Lily.

Dan sejak bersekolah di TK, Kak Lily sudah lebih berani bersosialisasi. Sudah berani juga menginap sendiri dirumah Ompung Doli/Ompung Guru. Sudah bisa makan sendiri, meski masih harus diingetin untuk makan :)

Buku dan peralatan sekolah Kak Lily di loker sudah dibawa pulang. Termasuk sikat gigi, tempat minum dan tempat makan, dan foto diri Kak Lily yang biasanya ditempel di loker.

Semoga di SD nanti Kak Lily bisa belajar lebih baik lagi dan bisa menjadi kebanggaan orang tuanya. Dan bisa meraih cita-cita menjadi pramugari seperti yang selalu Kak Lily bilang :)

Tuesday, June 27, 2006


Super'Lily' - man Return

Selain demam Piala Dunia, di bulan Juni ini ada juga demam yang lain, yaitu demam "superman return". Yup superhero itu akan kembali menghentak dunia setelah lama menghilang.

Film Superman Returns rencananya akan diputar pada tanggal 28 Juni, dengan pemeran baru superman, si ganteng Brandon Routh, yang wajahnya sedikit mirip dengan si pemeran superman legendaris, Christopher Reeves.

Seperti yang pernah ibu ceritakan disini, sebagai fangirl dan fanboy, Kak Lily dan Ayah sudah heboh pengen nonton Superman Returns. Buat Kak Lily, ini merupakan yang keempat kalinya nonton bioskop dan pertama kalinya nonton Superman. Bagi ayah ini juga merupakan "return", Ayah mengulang sejarah pertama kali diajak Mbah Kung nonton film Superman, seusia Kak Lily.
Ayah dan Kak Lily memang suka Superman. Seperti cerita Mbah Kung almarhum dan Mbah Iti, Ayah dari kecil sudah suka Superman dan seperti Kak Lily juga suka koleksi benda-benda yang berhubung sama Superman, tapi umumnya sih komik, figure, poster dan vcd. Saking cintanya, Ayah tuh nempelin figure, lambang S dan stickers Superman di pintu rumah, motor, mobil, malah dinding kamar Kak Lily ada lukisan Superman yang dilukis Ayah sendiri.


Koleksi itu bertambah karena Sabtu, 24 Juni kemarin, Kak Lily, Ara, dan Ayah ke Citraland lihat pameran Superman Returns. Disana Lily dan Ara foto-foto sama poster Superman dan belanja produk-produk yang ada figure Supermannya. Pameran itu akan berlangsung sampai tanggal 16 Juli. Jadi fanboy and fangirl siap-siap dengan kedatangan si superhero. Superman returns! Photobucket - Video and Image Hosting

Friday, June 23, 2006

Kepandaian Si Copycat


Di usia 19 bulan ini, de Kayla sudah bertambah kepintarannya...Alhamdulillah. Meski Ibu sempat khawatir de Kayla belum lancar bicaranya, masih terpatah-patah dan belum jelas, tapi rasa khawatir itu dibuang jauh-jauh karena setiap anak perkembangannya berbeda-beda. Tata bahasa de' Kayla memang belum jelas dan lengkap, sehingga kalau berbicara pasti butuh pemahaman tinggi...he...he

Misalnya aja nih, kata kakak, Kayla bilang tata. Anak tetangga namanya Neta, dipanggilnya Ta, Ibu dipanggilnya mbuh... sementara diajarin bilang bunda dia malah manggil nda, sama donk ama nama Ibunya...he....he...

Beda memang dengan Lily, yang diusia 12 bulan ngomongnya sudah lancar tanpa cadel. Jadi Ayah sama Ibunya sudah ngerti apa yang dimau Kak Lily. Tapi kan gak boleh membanding-bandingkan anak, karena itu Ibu dan Ayah gak pernah mau maksa de Kayla supaya bisa cepat lancar ngomong dengan membawanya ke terapi atau dokter. Pokoknya sabar menanti sampai waktunya nanti mau sekolah.

Disisi lain, meski de' Kayla belum lancar bicaranya, Kayla itu peniru ulung. Apa-apa yang dilakuin sama kakaknya pasti dia ikutan. Misalnya kakaknya belajar mewarnai, Kayla juga pasti ambil buku trus dicoret-coret deh. Atau kalau semua lagi pada baca, nanti Kayla juga ikutan baca koran, sambil mulutnya komat kamit seperti orang baca. Kalau kak Lily lagi nonton lagu anak-anak di DVD, trus ntar joget-joget, Kayla juga ikutan joget.

Photobucket - Video and Image HostingPhotobucket - Video and Image Hosting

Yang sempet bikin ngeri dan khawatir, waktu kak Lily jumpalitan dengan kepala diletakin di kasur trus berbalik, eh Kayla ikutan juga, dan badannya nyaris dipinggir tempat tidur. Untung Ibu lagi dipinggir, kalau ngak entah apa yang terjadi. Yang jelas, Ibu langsung kena semprot Ayah.

Sekarang ini, Alhamdulillah setelah sering diajarin, kalau ditanya mana tangan, Kayla sudah mengangkat tangannya, ditanya kaki mana, kakinya diangkat, sudah tau gigi, mata, hidung, yang belum cuma kuping yang suka ditunjuk hidung. Yang geli, kalau ditanya : rambut kriwil mana de ? trus nanti sambil pegang rambutnya, kepalanya digoyang-goyang kayak orang triping...he...he... Kalau ditanya perut mana, langsung bajunya dan kaosnya ditarik keatas, trus perutnya digoyang-goyang kayak penari perut.

Yah itulah kepandaian Kayla sekarang, dan mudah-mudahan semakin bertambah seiring bertambahnya usia. Dan semoga Kayla sehat selalu.

Wednesday, June 21, 2006

Perpisahan di Mekarsari

Photobucket - Video and Image HostingSabtu, 17 Juni lalu, sekolah Kak Lily, TK Bani Saleh I, mengadakan acara perpisahan di Taman Wisata Mekarsari. Ibu, de' Kayla dan Mbak Iyah, ikut acara tersebut, dengan maksud untuk berjalan-jalan karena belum pernah kesana sama sekali. Ayah gak ikut karena ada kerjaan kantor.

Dari sekolah sudah menyediakan tiga bis dan berkumpul di kompleks Pabrik Brigestone pukul 07.00. Kita berempat naik bis nomor 2, yang isinya seluruh siswa TK B2 dan ibu-ibunya. Dari Brigestone, Bekasi Utara, kita berangkat sekitar pukul 8.

Mungkin baru merasakan naik bis pertama kali trus ramai, de' Kayla kelihatan seneng banget. Kadang mau berdiri deket jendela, bahkan pengen jalan-jalan di bis. Pokoknya Kayla heboh gak kalah sama kakaknya. Kak Lily sendiri sih, sibuk dengan teman-temannya. Suka pindah-pindah duduk, sampai sempet Ibu omelin.

Bus yang membawa kita ke Mekarsari ternyata lewat jalur Narogong, Bantar Gebang dan Jonggol. Jalanan itu ternyata macetnya minta ampun, bikin perut jadi gak enak. Mbak Iyah yang suka mabok kalau naik bus, akhirnya bener-bener terkapar. Perutnya gak bisa diajak kompromi dan akhirnya muntah-muntah. Untung ibu-ibu yang lain gak tau, coba kalau gak udah diledekin deh si mbak. Untung juga Ibu sudah nyediain kantong plastik hitam, kalau gak bingung deh.

Setelah berhasil melewati macet, akhirnya sampai di Mekarsari sekitar pukul 10 lewat. Anak-anak kayaknya udah kecapean di jalan, jadi waktu turun banyak yang males-malesan. Seperti biasa, kalau udah sampai di lokasi wisata, toilet pasti diserbu sama pengunjung. Mana toilet diluar cuma ada satu (laki dan perempuan), yang satu tempat cuma ada dua WC. Akhirnya biasa deh ngantri :)

Kedalam lokasi Mekarsari, kita naik kereta keliling. Satu bus terdiri dari dua gerbong, yang selain ada supir ada tour guidenya juga. Kita dapat gerbong kedua, jadinya gak bisa dengarin apa yang dijelasin sama tour guidenya. Dalam perjalanan menuju lokasi tempat perpisahan, Kak Lily sibuk lihat kiri dan kanan, yang sayangnya buah-buahnya belum ada, mungkin belum panen. "Kok buah-buahnya cuma sedikit sih Bu. Kok yang ada daun aja. Kita gak bisa petik dong, kan katanya mau metik buah," cecar Kak Lily.

Jadi kepikiran juga, kan Mekarsari katanya tempat pelestarian buah-buahan, tapi kenapa tempatnya gak sesuai bayangan yah ? Beberapa areal yang dilewati bus yang membawa kami, cuma buah pepaya dan melon saja yang terlihat. Buah jeruk, nanas, dan lain-lainya gak kelihatan. Trus kembang teratainya gak bagus. Tempat untuk outbondnya juga gak tau disebelah mana.

Luas memang tempatnya. Mungkin karena luas itu, jadi perlu waktu khusus untuk menikmatinya. Dan kalau rombongan seperti acara sekolah kak Lily itu, gak cocok deh berwisata petik buah kesana. Harus ada acara khusus wisata petik buah, jadi mungkin kita benar-benar bisa menikmatinya.

Sampai di lokasi perpisahan, yang deket salah salah wahana danau, fasilitas di danaunya gak ada. Mungkin kali ada di danau yang lain. Ternyata gak hanya sekolah Kak Lily aja yang bikin acara disitu, ada 3 sekolah lain yang adain acara.

Acara perpisahan sendiri diisi acara kata sambutan, penyerahan penghargaan, nyanyi bersama anak-anak kelas B (mungkin karena kebanyakan acara, anak-anak waktu nyanyi banyak yang gak terlalu semangat, termasuk Lily yang sudah kegerahan), perlombaan dan acara santai.
Yang gak ada capenya sih de' Kayla. Dia sibuk lari sana sini di hamparan rumput. Trus ikutan main sama anak-anak TK. Gak ada rewelnya sama sekali dan sempat tidur siang selama dua jam...he...he..

Bosan acaranya begitu-begitu aja, Lily pun ngajak jalan-jalan keliling taman buah. Tapi karena kita ikut sama bus, akhirnya cuma bisa lihat air mancur dan bunga bangkai. Lily sempat ngambek pengen minta metik buah, tapi waktu lihat ada permainan monorail, kereta api, aeroplane, kuda-kudaan, dia senang lagi. Sayang de' Kayla cuma bisa naik monorail aja, itu juga ditemanin Mbak Iyah, karena permainan lainnya tingkat kehati-hatiannya gak mendukung. Anak umur 1 tahun keatas gak bisa dibiarin sendiri naik, dan orang dewasa gak bisa nemenin karena tempatnya gak besar. Photobucket - Video and Image Hosting

Akhirnya, pukul setengah empat kita balik lagi ke Bekasi. Mbak Iyah masih tetep teler. Kita gak sempet beli oleh-oleh, karena ditempat jual buah dan souvenir orang banyak yang ngantri beli. Kesan acara perpisahan kali ini gak seindah tahun lalu di Taman Safari. Kalau tahun lalu, acaranya benar-benar berkesan dan anak-anak sangat menikmati. Yang jelas sih, saat ini kalau disuruh ke Mekarsari lagi, Ibu mungkin belum mau, soalnya tak seindah apa yang dibayangkan....hiks

Lily juga gak banyak komentar, soalnya waktu ditanya Ayah pas jemput kita di Bridgestone, cuma bilang : "Buahnya dikit, aku gak bisa metik. Tapi disana aku lihat ada orang lagi balapan motor." Memang saat itu lagi ada Mekarsari Ksatria Road Race 2006.

Monday, June 19, 2006

Setelah 4, 5 Loncat, Kini 6

Setelah membahas serba 4, kali ini dapat serba 6 dari Amee. Kata Amee, estafetnya kali ini meminta 6 kenangan yang baik maupun kenangan buruk. Perasaan makin lama makin susah nih pertanyaannya..he...he...Tapi karena sudah menjadi amanah, maka dengan ini akan dilaksanakan :)

Versi Ibu, 6 kenangan yang terindah selama ini adalah :


  1. Kasih uang Rp 100 ribu buat Ompung Guru (Mama) dari uang gaji pertama dari pekerjaan serius yang pertama. Waktu terima uang itu, Ompung Guru sambil cium Ibu bilang : Semoga Ibu selalu dilimpahi rejeki yang halal. Amiin. Wah saat itu perasaan Ibu benar-benar mengharu biru (taela...he...he..) dan menjadi kenangan yang tak terlupakan sampai sekarang kalau terima gaji.
  2. Saat menikah dengan Ayah pada tahun 1999. Ini jadi kenangan terindah, karena saat itu semua saudara Ibu dari pihak Ompung Guru yang dari Medan (termasuk Ompungnya Ibu) datang keacara pernikahan Ayah dan Ibu, dan ada acara gondang Batak segala lho :)
  3. Kelahiran Taruli Azzah Puspitasari (Lily), pada tanggal 17 Juli 2000, menjadi kenangan terindah karena selain mendapatkan anak, Ibu jadi merasakan perjuangan Ompung Guru melahirkan Ibu dan proses itu makin mendekatkan Ibu dan Ompung Guru, dan mengerti bagaimana rasanya kalau kita berbuat salah kepada orang tua kita terutama Mama.
  4. Kelahiran Tiurma Kayla Puspitarani (Kayla), pada tanggal 18 Desember 2004, menambah daftar panjang kenangan terindah. Perjuangannya berbeda dengan Kak Lily yang lahir normal karena melahirkan de' Kayla melalui operasi caesar, yang sakitnya baru dirasakan setelah melahirkan. Namun proses menuju melahirkan itu menjadi kenangan yang terlupakan.
  5. Tahun 2001, untuk pertama kalinya Ibu dan Ayah bisa membeli kendaraan sendiri yaitu motor RX King. Biarin deh dibilang norak, tapi memang saat itu perasaan Ibu sangat senang karena uangnya milik sendiri dan motornya benar-benar baru, setelah sebelumnya punya motor bekas (itu juga uangnya dapat pinjem dari Ompung Guru) dan kemana-mana selalu pakai mobil Ompung Doli.
  6. Saat pertama Lily dan Kayla bisa berjalan, berbicara dan kepintaran lainnya, selalu menjadi kenangan yang terindah buat Ibu.

Kalau kenangan yang tidak terlalu menggembirakan atau bisa dikatakan menyedihkan, cukup banyak juga dan setelah diurut-urut kira-kira seperti ini :

  1. Pada tahun 1995, untuk pertama kalinya Ibu mengalami peristiwa masuk rumah sakit untuk jangka waktu yang lama. Ibu harus dioperasi usus buntu. Saat masuk rumah sakit, kata Ompung Doli dan Ompung Guru, Ibu sudah dalam keadaan gak sadar, karena selama ngerasain sakit, Ibu gak pernah mau bilang. Dokternya aja waktu tahu sampai bilang sama Ompung Doli, kok sampai lengket begini sih, mau anaknya mati yah...hiks...hiks... kasihan Ompung Doli.
  2. Saat Ompung Guru diberhentikan dari jabatan Kepala Sekolah salah satu SMU di wilayah Daan Mogot, Jakarta Barat.
  3. Saat Ompung Doli masuk Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, karena serangan jantung mendadak.
  4. Saat mendapat kabar bahwa Mbah Kung (Bapaknya Ayah), menderita kanker prostat, dan kemudian setelah menjalani pengobatan selama 2 tahun, tepat pada tanggal 20 Desember 2005, Mbah Kung akhirnya menghadap Sang Khalik. Ibu merasa sedih sekali, karena rasanya belum lama menjadi anak Mbah Kung dan belum bisa memberikan apa-apa buat Mbah Kung.
  5. Untuk pertama kalinya, Ibu mengetahui adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), yang dialami sendiri oleh salah satu anggota keluarga. Perasaan menjadi campur aduk, karena selama ini hanya mendengar dan membaca saja lewat media-media. Yang Ibu bisa lakukan hanya memberi semangat dan berdoa semoga selalu dilindungi Allah SWT.
  6. Ketika keadaan di kantor sudah tak seindah dulu. Kebersamaan itu telah hilang, entah kemana......

Cukup banyak juga yah :) dan untuk selanjutnya pembahasan ini, akan Ibu berikan kepada teman-teman Ibu tercintah yang cukup banyak, antara lain : Bundanya Cun dan Dun, Mamanya Farrel di Qatar, Bunda Raihan, Tante Dahlia, Tante Hanie, dan Bundanya Raushan. Tenang aja, prnya gak susah kok..he...he....

Friday, June 16, 2006


Kayak Pacaran Aja.....

Sudah beberapa hari ini Kak Lily sibuk berlatih menyanyi lagu "Himne Guru", buat acara perpisahan TK Bani Saleh I di Taman Buah Mekarsari, Bogor, Sabtu tanggal 17 Juli 2006. De' Kayla juga ikutan bernyanyi meski dengan kata-kata yang belum jelas, seperti ini :

Lily : Semua baktimu akan kuukir didalam hatiku....
Kayla : ku...ku...ku...(dengan mulut agak dimonyongkan)
Lily : Engkau bagai pelita dalam kegelapan....
Kayla : la....la....la....wuh.....wuh...wuh (kalau ini asli gak tau motong dari kata yang mana)

Kayla memang lagi seneng ngikutin semua gerakan kakaknya. Kakaknya nyanyi dia nyanyi. Kakaknya mewarnai, dia ikut juga mewarnai. Karena itu kita julukin Kayla, The Copycat..he...he...

Sambil melihat anak-anaknya sedang beraksi, Ibu minta dibikinin mie kuah sama Ayah. Waktu mienya sudah selesai, Ibu bilang sama Ayah : "Terima kasih yah sayangku....."

Tiba-tiba Lily nyeplos ngomong : "Ih kayak pacaran aja, ngomong sayangku..."

Mendengar itu, Ayah dan Ibu tertawa. Kata Ayah, kayak tau aja orang pacaran. "Kalau masih kecil belum boleh pacaran. Nanti kalau udah kerja."

"Kalau udah selesai kuliah yah," kata Lily sambil ngitungin jari tangannya. (Ini asli gak ngerti maksudnya apa, mungkin berpikir kira-kira berapa tahun lagi)

Lily memang jarang melihat kemesraan Ayah dan Ibunya. Meski itu hanya sekedar ucapan sayang, cium pipi, pelukan, wah gak banget deh buat Ayah dan Ibu. Yang lebih sering sih, anak-anak yang dicium dan dipeluk. Entah kenapa, Ayah dan Ibu memang satu pikiran, cinta tak perlu diungkapkan dengan kata-kata....halah :) (Gak banget deh, kata anak gaul...he...he...)

Bola dan Semir

Demam Piala Dunia bukan hanya milik orang dewasa. Ngomongin Piala Dunia juga bukan hanya untuk bapak-bapak, ibu-ibu, om-om, tante-tante, abang dan kakak. Piala Dunia juga milik anak balita atau yang berumur dibawah 10 tahun.

Seperti ini :

Lily : Bun, beliin kaos Piala Dunia dong ?

Ibu : Kaos Piala Dunia ? Kaos Bola ?

Lily : Iya.

Ibu : Emang kak Lily tau Piala Dunia ?

Lily : Taulah. Main sepak bola itu.

Ibu : Oh… Emang Piala Dunianya dimana ?

Lily : Ditipilah.

Ibu : ???

Kalau Lily sibuk dengan Piala Dunia, Kayla sekarang ini lagi sibuk dengan usaha semirnya. Sejak lihat ayah nyemir sepatu, Kayla pun tertarik dan mulai rajin nyemir sepatu-sepatu. Gak hanya yang warna hitam sama coklat tapi juga sepatu warna pink dan biru, sendal. Pokoknya semua deh disemir gak kecuali kursi juga ikut disemir. Sayang fotonya yang keupload cuma satu, yang lain gak tau dimana disimpannya. Oh yah Kak Lily juga lagi sibuk nyiapin diri buat Perpisahan TK Bani Saleh I di Taman Buah Mekarsari.



Photobucket - Video and Image Hosting

Wednesday, June 14, 2006

Cerita Ibu :

Empat Hal yang Terkait dengan Pribadi

Sepertinya dunia perblog-an sedang heboh dengan serba 4. Saban blogwalking, pasti ada blog yang ngebahas tentang serba 4 ini. Eh tak diduga ternyata Ibu juga kelemparan topik serba empat ini dari Umminya Iman.

Setelah ngulik isi tas, kali ini ngulik yang terkait dengan diri sendiri. Seperti ini serba empatnya :
Empat kerjaan yang pernah dilakoni : secara pendidikan Ibu kecemplungnya di rimba jurnalistik, maka pekerjaannya yah gak jauh-jauh dari jurnalistik, seperti :

  1. Reporter di Majalah Rias
  2. Reporter di Surat Kabar Berita Yudha
  3. Reporter di Surat Kabar Angkatan Bersenjata
  4. dan yang terakhir ini, bekerja demi memperoleh sandang, papan, dan papan yang cukup dari upah yang diperoleh di PT Indosiar Visual Mandiri.

Empat tempat yang pernah ditinggali, sepertinya gak sampai empat, pertama lahir sampai umur 2 tahun di Medan, trus pindah ke Jakarta sampai pada tahun 2000 (setelah setahun menikah dan mengandung Kak Lily) boyongan ke Bekasi Utara. Tempat keempat, bisa dibilang kadang tinggal kadang tidak yah kampung halaman Ayah, Yogyakarta, kota impian keluarga kami.

Keempat yang kali ini lumayan enak nih ngebahasnya, secara nonton film adalah kesenangan Ibu dari gadis. Maklum ketularan Ompung Doli, yang doyan nonton dan sering ajak anak-anaknya ke bioskop. Nah dari nonton film itu, yang paling berkesan nonton film We're No Angels, Serendipity, Sinbab (pertama kali bawa Kak Lily nonton bioskop) dan Meet The Fockers. Harusnya lebih dari empat nih :)

Untuk urusan acara TV, bisa dibilang meski kerja di stasiun TV, acara TV dirumah adalah milik Lily dan Kayla, jadi nih mulai dari pagi sampai malam yah yang ditonton acara anak-anak. Kalau pun bisa nonton malam hari dan siang hari di kantor. Makanya acara yang sering ditonton (bisa dibilang favorit gak nih :D) yah :

  1. Kick Andy, saban Kamis pukul 22:30 di Metro TV
  2. Teropong, saban Selasa pukul 12:00 di Indosiar
  3. Sisi Lain, tiap hari kecuali Sabtu (diganti Jelajah) pukul 14:00 di Trans TV
  4. Jejak Petualang, tiap Sabtu pukul 19:00 di TV7

Empat makanan favorit, agak susah nih. Secara di kamus makanan Ibu, cuma ada dua kata untuk semua makanan halal, yaitu enak dan enak banget...he...he.. Tapi dari hasil penelusuran tempat makanan yang lumayan sering dikunjungi, ketemu deh empat makanannya yaitu :

  1. Mie Ayam Sunda Kelapa, lumayan sering dikunjungi sama si Ayah.
  2. Nasi goreng Bambang (tukang nasi goreng di rumah Ompung di Daan Mogot, yang sudah jualan dari jaman Ibu masih kecil),
  3. Seafood di Alexindo (deket rumah)
  4. Mie Jawa di YKPN.(dideket rumah Mbah di Yogyakarta).

Berhubungan dengan serba empat ini, empat website yang sering dibuka selain blog sendiri (narsis mode on) dan website indosiar adalah blog teman-teman yang ceritanya bagus-bagus dan suka bikin kangen, Yahoo, Google dan semua website yang berhubungan dengan Bollywood...he....he..(ini ada hubungannya dengan kerjaan).

And the last, four tagged adalah : Tante Dewi, Bundanya Naila, Bunda Lyla, dan Mamanya Mas Rafa. Pengennya sih lebih, tapi kayaknya dah banyak yang dapet :)

ps : buat Tante Ameee, yang serba 6nya menyusul yah :)

Monday, June 12, 2006

Odong-Odong Mania :)

Sudah dua minggu ini de' Kayla senang naik odong-odong kuda-kudaan. Sampai-sampai, sama si abang tukang odong-odong, khusus buat de' Kayla, boleh berlama-lama naik odong-odongnya. Yang gak ngenakin cuma kantong Ayah Ibunya, yang musti nyediain uang Rp 2000 tiap hari buat de' Kayla naik odong-odong...he...he...

Waktu pertama kali odong-odong itu lewat didepan rumah, de' Kayla cuma ngelihatin aja. Pas ada anak tetangga yang naik dan ngajak de' Kayla naik, baru digowes sebentar de' Kayla ketakutan dan nangis ngejerit-jerit. Mungkin karena penasaran, waktu si abang odong-odong datang lagi, dengan dipegangin Mbak Iyah, akhirnya de' Kayla mau naik odong-odong dan gak mau berhenti. Kalau dia belum bosen, gak mau turun dari kuda-kudaan itu. Kakinya dikencengin jadi susah buat ngelepasinnya...:)

Nih beberapa gaya de' Kayla waktu naik odong-odong.

Photobucket - Video and Image Hosting

Begitu udah seneng, bisa dibilang hampir tiap hari de' Kayla naik odong-odong. Untung abangnya pengertian, kadang tiap hari datang, kadang gak datang sampai seminggu. Mungkin de' Kayla seneng sama odong-odong itu karena ada lagu-lagunya :)

Saturday, June 10, 2006

Gambate Ara !

Postingan kali ini agak berbeda karena mau cerita tentang sepupu Lily dan Kayla yang bernama Ara, anak cowo gendut yang jago makan dan pinter ngeles...he...he.... Batara Adi Pratama atau akrab dipanggil Ara, adalah anak pertama dari adik kedua perempuan Ibu (Tante Ida, yang bisa dibilang kakak paling atas dari Tulang Wahyu).

Kenapa ceritanya kali ini tentang Ara, karena sudah kedua kalinya Ibu mimpiin Ara. Bukan mimpi yang bagus dan sempet bikin Ibu nangis, sampai-sampai kata Ayah, itu karena Ibu terlalu mikirin Ara. Bisa jadi itu bener, Ibu terlalu mikirin Ara.

Saat ini perhatian keluarga besar S. Sibarani memang lagi terpusat pada Ara dan adiknya Hilo Amelia. Kita memang tidak pernah mau berpikiran buruk, tapi yang jelas keluarga selalu berdoa, agar Ara dan Amel, selalu mendapatkan yang terbaik.(duh nulis begini aja rasanya udah mau menangis...hiks...hiks).

Ara, adalah cucu laki-laki satu-satunya dari 5 cucu Ompung Doli. Nama Batara diberikan Ompung Doli, yang artinya pemimpin besar. Ompung berharap Ara suatu saat menjadi orang yang berguna dan membanggakan keluarga.Amiin...

Semua cucu Ompung memang mendapatkan nama khas Batak. Misalnya aja, Ririn (cucu pertama) dikasih nama Rintar (yang katanya permulaan yang baik), trus Batara, Taruli untuk Lily (yang artinya cantik), Tiurma untuk Kayla (yang artinya bercahaya, terang), Hilo untuk Amelia, nah ini sampai sekarang Ibu lupa terus artinya apa...he...he...

Lanjut cerita tentang Ara. Ara lahir 9 September 1999 di RS Budi Kemuliaan (tempat lahir Lily, Kayla dan Amel juga). Ara lahir sebelum waktunya yaitu umur 8 bulan karena mamanya jatuh kedalam got trus ketubannya pecah, akhirnya terpaksa dicaesar. Kelahiran Ara disambut meriah semua keluarga Ompung Doli dan keluarga papanya Ara.

Ara kemudian tumbuh besar dan menggemaskan, karena badannya yang gemuk, kulit putih dan rambut kriwul (waktu kecil, Ara mirip de' Kayla). Karena rumahnya di Kosambi, deket dengan rumah Ompung Doli, Ara lebih banyak tinggal dirumah Ompung Doli. Tapi sejak bersekolah, hanya Sabtu - Minggu di rumah Ompung.

Ara itu anaknya kritis dan selalu ingat apa yang dibicarakan orang dewasa. Makanya kalau mama dan uwaknya ngumpul, jarang mau bergosip didepan Ara dan Lily, karena mereka suka ikutan nimbrung...he...he...

Ara itu kesayangan Ompung Doli, pastinya. Karena itu, jika terjadi apa-apa sama Ara, pasti Ompung Doli, yang kalang kabut. Seperti sewaktu berumur 2 tahun, Ara sempet diopname di Rumah Sakit Harapan Kita, karena sakit infeksi perut. Ompung Doli juga paling gak bisa nolak kalau Ara minta uang. Gak tanggung-tanggung, Ara minta duitnya bisa Rp 5000...he...he...

Kalau nginep di rumah kami, Ara itu jadi anak kesayangan Ayah (maklum, sesama lelaki jadi suka main PS bola bareng..he... he..). Ara panggil Ayah, Pakde, karena Ayah gak mau dipanggil uwak. Kata Ayah, dia kan orang Jawa :)

Oh ya, Ara ini hobbynya main PS dan sepeda. Kalau main PS, suka lupa makan, mandi, belajar, dan lain-lain. Makanya dirumahnya gak ada PS. Adanya cuma dirumah Ompung Doli dan Lily, jadi dia mainnya kalau datang kerumah Ompung dan Lily aja.

Karena usianya gak terlalu beda jauh dengan Lily (17 Juli 2000), bisa dibilang Ara lebih deket sama Lily, dibanding saudara sepupunya yang lain. Kalau naik sepeda berdua nih, Lily gak dibonceng dibelakang, tapi didepan. Kata Ara, karena Uli (Lily dipanggil Uli sama Ara dari Taruli) kurus jadi enteng..he...he..

Ara juga pinter lho kalau disuruh dan cepet, gak pernah pakai kata entar. Bisa dibilang mandiri. (mungkin karena keadaan....) Soal minta duit, Tulang Wahyu punya cerita yang ditulis di blognya :

Ara ; Tulang, minta duit dong.

Saya ; Berapa?

Ara ; Sepuluh ribu

Saya ; Lho kok banyak banget kemarin cuma lima ribu

Ara ; Kan bbm naik tulang

Saya ; ???

Ada cerita juga :

"Terakhir ponakan gue yang satu ini bikin ulah kabur dari rumah dan melarikan diri ke rumah Ompungnya. Bayangin, anak yang masih kecil ini naik sepeda dari rumahnya di Kosambi, ke rumah Ompungnya yang ada di Grogol.

Karena jalannya jauh, Ara ternyata tidak kuat bersepeda. Namun, otaknya masih cerdas juga. Dia langsung mendatangi tukang ojek minta dianterin ke rumah Ompung. Beruntung saat itu Tukang Ojek masih banyak yang baik-baik. Kalau enggak, saya enggak tahu bagaimana dengan nasib Ara sekarang."

Namun diantara semua itu, diusianya yang belum genap 7 tahun, ia sudah mendapat cerita kehidupan yang cukup berat untuk anak seusianya. Tapi tak sekalipun Ara terlihat menangis. Ara bahkan selalu memberikan bahunya untuk sandaran. Ara selalu menjadi pahlawan pembela, tapi tak pernah menghukum. Bahkan Ara tak pernah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, kecuali jika ditanya. Itupun terkesan melindungi orang-orang yang dicintainya.

Itulah Ara, kecintaanya pada sang mama, semoga tak luntur ditelan jaman. Hormatnya pada Papa, tetap harus dipertahankan. Yang pasti, cinta kami seluruh keluarga akan selalu menyertai Ara. Ibu juga berharap agar Ara tetap ceria dan seperti bahasa Jepang, Gambate ! Tetap Semangat !

Thursday, June 08, 2006

Anak Lebih Banyak Dicela Daripada Dipuji


Lagi beresin file, nemu artikel bagus, tapi bunda lupa dari milis mana dapatnya. Artikel itu menyatakan bahwa anak lebih banyak dicela daripada dipuji.

Ini kutipan artikelnya :
Dalam sehari, seorang anak mendapat 151 celaan, hinaan, dan ancaman dari orang tua, sedangkan pujian hanya berkisar 17 kali per hari. Padahal, setiap ucapan termasuk celaan dari orang tua, merupakan doa kepada Allah SWT sehingga orang tua perlu berhati-hati sebelum berucap.

Menurut Hj. Neno Warisman, ustadzah yang juga dikenal sebagai artis, anak-anak sampai saat ini masih mendapat perlakuan kurang baik dari orang tuanya sendiri sehingga lebih banyak mendapat ucapan negatif daripada positif.

"Dalam Islam setiap ucapan orang tua adalah doa yang harus dikhawatirkan apabila Allah mengabulkannya. Kalau kita katakan anak bodoh, dampaknya amat dahsyat sehingga lebih baik diganti menjadi semoga menjadi jenderal atau direktur," kata Neno.

Salah satu kelemahan utama orang tua, menurut Neno, adalah lebih senang melakukan eksekusi daripada apresiasi terhadap anak. "Orang tua langsung mengeksekusi anaknya sebagai bodoh atau istilah negatif lainnya, padahal eksekusi merupakan hak Allah seperti di Q.S. Al-Fatihah, maaliki yaumiddiin," ujarnya.

Dalam pandangan Neno, tidak ada istilah anak bodoh, terbelakang, atau nakal karena anak memiliki kecerdasan sendiri yang berbeda dengan kecerdasan anak lainnya. "Orang tua lebih sering menggunakan kacamata kecerdasan otak dari hasil belajar anaknya, padahal anak bisa jadi memiliki kecerdasan musik, intrapersonal, sosial, atau spiritual," ujar Neno menjelaskan.

Untuk itu, tambahnya, orang tua perlu mengembangkan pendidikan kasih sayang di keluarga dengan meniru sifat Allah yang Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang). "Suami ataupun istri harus saling menerima apa adanya, demikian pula orang tua dengan anak. Jangan sekali-kali melihatdari sisi ada apanya," ujarnya.

Duh mirisnya. Bunda jadi teringat diri sendiri, yang suka marah-marah dan gak sabaran menghadapi anak-anaknya terutama Kak Lily. Misalnya, kak Lily bunda suruh mandi tapi gak dilaksanain, pasti bunda langsung naik darah. Suka kesel, kalau Lily maunya makan disuapin, bukan makan sendiri. Apalagi kalau soal mandi pagi. "Kak Lily gimana sih, udah tau mau sekolah, bukannya langsung mandi tapi masih males-malesan. Ayo mandi," kata Ibu *suaragakadamanis-manisnya mode on*

Lily masih asyik nonton TV (dari pukul 5 pagi, Indosiar, Global TV, Lativi, TV7, diterusin sama Space Toon dan Star ANTV, nayangin film anak-anak) sambil leha-leha, plus belum minum air putih. "Kak Lily....*tekanansuaramulaikenceng*, gimana sih ngak dengar yah apa kata orang tua. Ayo mandi, heran deh, kamu itu kok males amat yah, padahal kan udah biasa mandi pagi," gitu kata Ibu. Padahal nih, kalau Lily mandi pagi tanpa disuruh belum tentu Ibu kasih pujian...hiks...hiks.... kasihan anakku.

Satu lagi pelajaran sebagai orang tua, Ibu terima. Semoga ayah dan ibu bisa menjadi orang tua yang ngak ngeselin buat Lily dan Kayla. Jadi kebanggan mereka. Amiin.....

Tuesday, June 06, 2006

Cerita Keluarga

Ayah ke Yogyakarta, Tulang Wahyu Jadi Penonton

Hari ini Ayah ke Yogyakarta. Tugas dari kantor sekalian melihat keadaan Mbah Putri dan keluarga besar di Yogya. Ayah baru pulang hari Jumat nanti.

Waktu tau Ayah mau ke Yogya, kak Lily sudah minta ikut aja. "Ayah aku ikut dong. Aku kan pengen lihat rumah korban gempa. Ayah ke Yogya, ke daerah bencana yah ? kata kak Lily.

Dasar anak-anak, dipikir mau piknik...he...he... Dan bisa-bisanya Lily ngomong daerah bencana, ngerti tentang bencana aja gak :D

Nanti disana Ayah akan melihat panti asuhan-panti asuhan yang menjadi korban gempa. Selain membawa bantuan untuk anak-anak yang jadi korban gempa. Karena belum tahu pasti apa saja yang paling dibutuhkan sama korban gempa, Ayah dan Om Aris (teman kantor Ayah), akan kerjasama dengan Bude Liling, yang meski jadi korban gempa masih menyempatkan diri bersama teman-teman dari organisasinya Pakde Syafei (suaminya), menyediakan 3000 bungkus nasi plus lauknya untuk korban yang lebih menderita. Rencananya nanti Bude Liling yang mengalokasikan bantuan itu.

Oh yah, Ayah juga sudah dipesan sama Bude, kalau datang berpakaian sederhana aja jangan seperti turis, karena para korban saat ini menjadi orang yang lebih sensitif. "Mereka gak mau jadi tontonan dan sangat membutuhkan bantuan. Banyak orang yang jadi stress," kata Bude.

Ayah juga akan melihat makam Mbah Kung di Pingit, yang sempat rusak. Sudah dibenarin sih sama Om Iyan, tapi Ayah belum puas karena khawatir kerusakannya lebih besar jika kembali terjadi musibah. (Semoga tidak, Ya Allah!).

Cerita tentang Yogya juga belum ada habisnya. Sabtu, 3 Juni kemarin, Tulang Wahyu pergi ke Yogyakarta, juga dalam rangka tugas kantor. Bagi Tulang Wahyu, kepergiannya kesana membuat perih hatinya karena "saat itu hanya bisa menjadi penonton." Dan membuatnya kapok untuk meliput daerah-daerah bencana.

ini sedikit kutipan dari blog Tulang Wahyu :

"Saya tak kuasa menghindar hanya menjadi seorang penonton di atas sebuah kata penderitaan. Seumur-umur mungkin ini adalah liputan yang akan paling akan terus menghantui saya.
Hanya demi sebuah iklan, saya harus meliput penyerahan sumbangan yang disponsori sebuah produk makanan.

Bisa jadi, ketika menapakkan kaki di sana, saya adalah wartawan yang paling nyaman di antara teman-teman saya yang sudah ada di sana. Di dalam benak saya sudah tergambar apa yang akan saya kerjakan di sana. Begitu turun dari pesawat, saya dan kawan-kawan langsung dijemput dengan menggunakan bis dengan pendinginnya yang nyaman.

Melihat penderitaan dari sebuah aquarium kaca, tanpa berusaha untuk menyembuhkan luka yang terdalam di memori mereka.

Ketika “pesta” dimulai, saya pun langsung bekerja. Menuliskan, melaporkan dan mengabadikannya dalam sebuah halaman kertas berukuran besar. Menjadikan pesta ini jadi sebuah catatan dalam sejarah, bahwa mereka telah memberikan bantuan. Setelah acara buyar dan perhelatan usai, cukup sudah tugas saya di sana. Pulang ke Jakarta dengan menaiki burung besi dengan hati yang pasti tertinggal di sana.

Ketika semua itu akan terjadi, saya hanya bisa tertunduk sedih mengingat amanat keluarga teman saya yang meminta saya untuk mengunjungi desanya, desa Sampeng, Gunung Kidul, Wonosari. Terngiang dalam kuping saya sebuah harapan yang akan berujung sia-sia.
“Yu, sempatkan datang ke sana. Mereka sama sekali belum mendapatkan bantuan. Mudah-mudahan kamu bisa membantu mereka.” Tuhan, maafkan saya, saat ini saya hanya bisa menjadi penonton.


Bunda gak bisa ngomong apa-apa, terbayang nanti pada bulan Juli akan pulang ke Yogya, mengantar anak-anak liburan, mungkin tidak akan menemukan kembali Yogyakarta yang dulu. Gak bisa lagi jalan-jalan ke Kasongan berburu keramik, karena katanya sudah hancur. Gak bisa lagi menikmati "Mayang Tirto" di Gembira Loka, karena sudah melesak kedalam. Mungkin sudah tidak ada lagi.... "Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna."

Thursday, June 01, 2006

Cerita Gempa Yogya


Takut Yang Belum Hilang


Sabtu, 27 Mei 2006, menjadi hari yang tak terlupakan bagi warga Yogyakarta dan Jawa Tengah. Khusus bagi kami, terutama Mbah Putri, Bulik Santhi, Om Yan, Bude Liling dan keluarga, Bude Tuti dan keluarga, Eyang Ani dan keluarga, Eyang Erni dan keluarga, hari itu tak ingin kembali terulang.

Setelah sempat terputus selama dua hari, saluran telepon di kota Yogyakarta sudah bisa digunakan kembali, meski tak jarang tiba-tiba saluran itu terputus. Dari percakapan di telepon itu, keluarga besar kami yang di Yogyakarta menceritakan peristiwa tersebut.
Cerita Mbah Putri yang tinggal di Cokrokusuman, Kelurahan Cokrodinangratan, yang berada di belakang Jalan AM Sangaji, Yogyakarta:

Sabtu, 27 Mei, pukul 05.30, seperti biasa (sejak Mbah Kung meninggal dunia), ibu membuka wartel yang ada didepan rumah. Tidak lama setelah dibuka, ada orang yang akan menelepon. Mbah Putri pun keluar, kehalaman. Sambil menyapu, tiba-tiba Mbah Putri merasa tanah bergoyang.

“Aku pikir darah tinggiku kumat. Trus aku pegangan ke pagar. Tapi kok masih bergoyang. Malah aku sempet jatuh.”

Masih bingung dengan apa yang terjadi, genting rumah dan rumah tetangga berjatuhan. Lampu didalam wartel pun mati. Kekagetan Mbah Putri semakin bertambah ketika ada orang yang berlari-lari sambil berteriak : “Lindu….lindu…”
Bulik Santhi dan Om Yan (yang badannya masih basah karena sedang mandi), berlari keluar rumah sambil berteriak : “Bu gempa….”

Mbah Putri merasa lemas. Tetangga-tetangga juga berlarian menyelamatkan diri. Genting-genting semakin banyak yang berjatuhan. Seluruh warga pun menyelamatkan diri ke satu sekolah yang tidak jauh dari rumah.

Gempa yang guncangannya keras itu berlangsung sekitar satu menit. Setelah menanti beberapa lama, warga Cokrokusuman kembali ke rumah masing-masing. Mereka menganggap gempa telah selesai.

Namun dugaan itu salah, tak lama setelah kembali kerumah. Ketika sedang menonton TV untuk mencari apa ada berita tentang gempa, sekitar pukul 10:00 kembali terjadi guncangan. Bulik Santhi, Om Yan, dan Mbah Putri pun kembali berlarian keluar rumah. Mereka menyelamatkan diri ke sekolah tersebut. Kali ini gempa hanya beberapa detik dan guncangannya tidak sekeras yang pertama.

Tidak sampai disitu, baru saja mencoba bernafas lega, Mbah Putri mengatakan guncangan kembali terjadi. “Yang ketiga gak lama juga, tapi bikin aku gemetaran. Aku pikir, wis aku gak selamat. Aku tiba-tiba inget bapakmu. Rasanya aku mau menangis.”

Mbah Putri pun memutuskan untuk tetap diluar rumah berkumpul bersama warga lainnya. Gedung sekolah itu pun jadi tempat penampungan sementara.

Ketakutan Mbah Putri semakin bertambah ketika pada siang hari, tanpa tahu dari mana datangnya, tiba-tiba ada orang yang berlari-lari sambil berteriak, “tsunami….air….air. Selatan sudah kena tsunami.”

“Aku ketakutan. Sama Iyan, Santhi, aku lari sekenceng-kencenge. Dari arah utara aku lihat orang sudah banyak yang lari menuju selatan. Aku tambah panik, trus ikut lari. Orang-orang lari kearah Karang Jati, aku ikut kesana juga. Sing penting saat itu, aku sama anak-anak selamat.”

Ternyata tsunami hanya isue. Oleh petugas keamanan, para warga disuruh kembali ke tempatnya masing-masing. Mbah Putri sambil menangis ikut kembali pulang. Di kampung, Mbah Putri gak mau masuk kedalam rumah. Mbah lebih senang diluar berkumpul sama tetangga. Sampai malam hari, getaran-getaran kecil masih terjadi. Mbah Putri baru berani masuk kerumah (itupun diruang depan) sekitar pukul 03:00 keesokan harinya.

==================

Cerita Eyang Ani, yang sebenarnya tinggal di Jakarta dan datang ke Yogya dalam rangka pernikahan saudaranya Eyang Agus. Eyang Ani adalah adik perempuan Mbah Kakung almarhum. Eyang Ani menginap dirumah mertuanya, Eyang Uyut Sukamto, yang tinggal di Jetis Pasiraman, gak jauh dari rumah Mbah Putri.

“Waktu gempa itu, kita lagi duduk-duduk. Semua pada kaget dan keluar rumah. Genteng-genteng pada jatuh. Rumah dinding-dindingnya retak-retak. Gempa yang pertama terasa kenceng sekali. Aku pikir Yogya kok bisa gini yah. Waktu getaran kedua, kita lari ke jalan raya AM Sangaji. Disana kita sempat panik dan kaget karena ngelihat orang dari arah selatan yang lari-lari sambil teriak-teriak : tsunami….tsunami. Kita pun masuk kedalam mobil, yang kebenaran lagi di parkir di halaman PKPN. Waktu kita mau pergi, ada orang yang bilang itu bohong. Alhamdulillah.”

Eyang Ani juga cerita bahwa Toko Tung Fong (Toegoe Photo), ini toko serba ada yang sudah lama ada dan terletak didekat Monumen Tugu, pada getaran yang kedua langsung roboh ke tanah. Gak berbentuk sama sekali, tinggal puing-puing. Toko ini terkenal. Orang-orang yang tinggal didekat Tugu, pasti tahu toko ini.

==================

Cerita Bude Liling, yang tinggal di Maguwo Harjo, Gedong Kuning : “Waktu gempa pertama kali, guncangannya keras sekali. Buru-buru tak’ ajak keluar Uli dan Eza, trus naik motor lari kearah jalan raya. Orang-orang juga nyelamatin diri. Setengah jalan, aku inget Rizki (anak Bude Liling yang paling besar). Aku nangis kenapa aku bodoh sampai gak ingat sama dia. Waktu sebelum gempa dia memang sudah mau siap ke sekolah dan kerumah Tuti (adik Bude Liling) gak bilang-bilang. Aku cuma bisa berdoa supaya Rizki selamat.”

Lagi di jalan itu, tiba-tiba dari arah utara orang-orang semakin kencang berlari sambil berteriak-teriak : “Air…air…Tsunami…air, tsunami. “Semua orang nyelematin diri ke daerah yang tinggi. Tak’ lihat, jembatan layang Janti udah penuh sama orang, motor, mobil. Aku gak bisa masuk kesitu, jadi aku ambil jalan bawah trus kearah Bandara Adi Sucipto. Aku gak tau kalau Adi Sucipto rusak, yang penting saat itu selamat”.

Setelah gempa berlalu, Bude Liling, Mas Uli dan Mas Eza, kembali kerumah. Meski cuma sebentar didalam rumah (karena takut), Bude Liling lihat ada dinding rumah yang retak. Gak lama Mas Rizki datang bersama Bude Tuti, yang menyelamatkan diri ketengah sawah, yang kebetulan masih banyak disana. Oh ya, toko Pakde Agus yang ada di jalan raya Maguwo Harjo, kacanya pecah semua dan gentengnya ambrol, jadi toko tutup sampai waktu yang tak terhingga.

================

Cerita Eyang Erni, yang tinggal di Klaten.“Puji Tuhan, kami gak apa-apa,” cerita Eyang Erni via telepon. “Rumah juga gak kenapa-kenapa, mungkin karena wilayahnya sudah deket ke Solo. Yang parah itu di Klaten Bayat. Banyak rumah yang roboh dan hancur. Waktu gempa yang pertama kita semua keluar rumah. Sempet khawatir juga karena katanya di Yogya ada tsunami. Aku pikir bakal kena disini juga, tapi ternyata itu isue.”

Gempa yang mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah itu, menyisakan trauma buat keluarga besar kami. Hingga sekarang, mereka tak mau berlama-lama didalam rumah, tidur masih diruang depan tak mengunci pintu, dan yang paling memilukan adalah jika mendengar suara-suara kencang seperti motor atau mobil lewat atau orang berteriak-teriak, keluarga kami masih suka terkaget-kaget.