Wednesday, November 30, 2005

Jangan Lupa Besok PIN Polio

Rabu, 30 November 2005, Pekan Imunisasi Polio (PIN) tahap ketiga akan dilaksanakan serentak. Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari menyatakan jika program imunisasi berhasil, Indonesia akan terbebas polio setelah Maret 2006.

Jumlah yang harus diimunisasi sebanyak 23,6 juta balita dan tersebar di 440 kabupaten dan kota. Pemerintah telah menyediakan 32,8 juta dosis untuk dibagikan kepada 281.929 pos PIN.
Dana untuk imunisasi polio tahap ketiga sebesar Rp 110,3 miliar, yang sebagian besar berasal dari bantuan WHO dan UNICEF. Setelah PIN tahap ketiga, imunisasi polio tinggal dilaksanakan sekali lagi yaitu Maret 2006.

Insya Allah dede Kayla, mau ikut lagi imunisas. Ingat Polio, teringat makalah yang dikirim dr. Widodo Judarwanto SpA, tentang Permasalahan Imunisasi Polio, yang isinya seperti ini :

Infeksi polio terjadi di seluruh dunia, di Amerika Serikat tranmisi virus polio liar berhenti sekitar tahun 1979. Di negara-negara barat, eliminasi polio sejak tahun 1991. Program eradikasi Polio Global dapat menurunkan secara dramatis angka kejadian polio liar diseluruh belahan dunia, kecuali India, Timur Tengah dan Afrika. Di Indonesia tampaknya masyarakat dibuat panik dengan timbulnya kasus polio yang sudah hampir 10 tahun tidak pernah dilaporkan.

Penyebab penyakit ini adalah virus Polio yang terdiri dari 3 strain yaitu strain 1 (brunhilde), strain 2 (Lanzig) dan strain 3 (Leon). Strain 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling paralitogenik atau paling ganas dan seringkali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Virus Polio termasuk genus Enteroviorus, famili Picornavirus. Penularan terutama terjadi penularan langsung dari manusia ke manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang lainnya melalui oral-oral (dari mulut ke mulut). Tampaknya pencegahan terbaik penularan penyakit ini adalah dengan melakukan Imunisasi Polio.

Rekomendasi Vaksinasi Polio

Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen kesehatan mengeluarkan rekomendasi pemberian Polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi (PPI). Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomandasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.

Dalam keadaan adanya Kejadian Luar biasa Polio, maka dilakukan Mopping Up. Artinya, strategi untuk memberikan ulangan Polio pada semua anak di bawah usia 5 tahun di daerah tersebut meskipun imunisasi sebelumnya telah lengkap. Vaksin polio terdiri dari 2 jenis , yaitu Vaksin Virus Polio Oral (Oral Polio Vaccine=OPV) dan Vaksin Polio Inactivated (Inactived Poliomielitis Vaccine).

- Oral Polio Vaccine (OPV)
Jenis vaksin Virus Polio Oral atau Oral Polio Vaccine (OPV) ini paling sering dipakai di Indonesia. Vaksin OPV pemberiannya dengan cara meneteskan cairan melalui mulut. Vaksin ini terbuat dari virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari virus Polio tipe 1, 2 dan 3 adalah suku Sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated).

Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung virus tipe 1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.

Virus dalam vaksin ini setelah diberikan 2 tetes akan menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam dinding luar lapisan usus yang mengakibatkan pertahan lokal terhadap virus polio liar yang akan masuk.

Pemberian Air susu ibu tidak berpengaruh pada respon antibodi terhadap OPV dan imunisasi tidak boleh ditunda karena hal ini. Setelah diberikan dosis pertama dapat terlindungi secara cepat, sedangkan pada dosis berikutnya akan memberikan perlindungan jangka panjang.

Virus polio ini dapat bertahan di tinja hingga 6 minggu setelah pemberian vaksin melalui mulut. Anak yang telah mendapatkan imunisasi OPV dapat memberikan pengeluaran virus vaksin selama 6 minggu dan akan melakukan infeksi pada kontak yang belum diimunisasi. Untuk orang yang berhubungan (kontak) dengan bayi yang baru di imunisasi harus menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti popok bayi.

Sehingga bila ada seorang kontak di rumah yang dalam keadaan kondisi tubuh sedang turun, seperti pengobatan kortikosteroid (imunosupresan) atau pengobatan radiasi umum, penyakit kanker atau keganasan yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial (seperti limpoma, leucemia, penyakit hodgkin), anak dengan mekanisme imunologik terganggu misalnya hipogamaglobulinemia dan penderita infeksi HIV atau AIDS, sebaiknya menghindar dari bayi atau anak yang divaksinasi polio paling tidak selama 6 minggu sesudahnya.

Anggota keluarga yang belum pernah diimunisasi polio atau belum lengkap imunisasinya dan mendapat kontak dengan anak yang mendapat vaksin OPV, sebaiknya harus ditawarkan imunisasi dasar OPV pada waktu yang bersamaan dengan anak tersebut.

- Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV)
Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia. Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid.

Selain itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin B. IPV harus disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut dalam jarak 2 bulan.

Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk menggunakan IPV.

Sejak tahun 1997 American Academy of Pediatric (AAP) dan Centers For Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan pemberian IPV untuk vaksinasi rutin pada semua bayi di Amerika Serikat. Sejak itu dilaporkan Kejadian Ikutan Paska Imunsasi Polio sangat menurun.

Kejadian Ikutan Paska Imunisasi
Pada umumnya reaksi terhadap vaksin dapat berupa reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain berupa efek farmakologi, efek samping, interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi dan reaksi alergi. Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan tehnik pembuatan, pengadaan dan distribusi vaksin, kesalahan prosedur, tehnik pelaksanaan dan faktor kebetulan.

Kejadian ikutan paska imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Kejadian ikutan paska imunisasi Polio memang jarang ditemukan. Setelah pemberian vaksinasi OPV sebagian kecil penerima akan mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan dan sakit pada otot.

Lebih jarang lagi, diperkirakan setiap 2,5 dosis OPV yang diberikan dapat mengalami kasus Paralitik Poliomielitis (Vaccine-Associated Paralytic Poliomyelitis atau VAPP). VAPP merupakan kejadian lumpuh layu akut (AFP) 4 – 40 hari setelah diberikan vaksin OPV dengan sekuele neurologis susulan yang mirip dengan polio setelah 60 hari.

Sementara itu, kasus VAPP kontak terjadi ketika virus yang berasal dari vaksin OPV (VDPV) diekskresikan dan menyebar kepada anak-anak yang tidak diimunisasi atau anak-anak yang belum menerima OPV secara lengkap.

Wabah VAPP di Mesir, Filipina, Republik Dominika, Haiti dan Madagaskar yang dihubungkan dengan sirkulasi VDPV yang telah berubah bentuk menjadi neurovirulen yang disebabkan karena perubahan genetik atau rekombinasi dengan enterovirus non-polio. Di Thailand, strain VDPV yang diisolasi dari kultur tinja ditemukan pada 3 dari 15 kasus AFP yang dilaporkan selama 5 tahun terakhir dengan 1 – 5 kasus lumpuh neurologis menetap yang terjadi 60 hari setelah pemberian OPV. Namun, VAPP yang disebabkan OPV jarang terjadi pada daerah dengan cakupan imunisasi lebih dari 90 % dan tingkat imunitas kelompok yang tinggi.

Menurut laporan Vaccine Safety Committee, Division of Health Promotion and Disease Prevention, Institute Medicine National Academy of Science USA, tahun 1994 terdapat bukti memperkuat penerimaan hubungan kausal bahwa OPV dapat menyebabkan Sindrom Guillain Barre (GBS). Demikian juga di Turki pada tahun 2003 pernah dilaporkan 5 penderita GBS setelah pemberian vaksinasi OPV. Penyakit GBS adalah penyakit yang menyerang kelumpuhan kaki dan otot pernapasan manusia, dimana penyebabnya masih belum diketahui secara jelas. Secara teoritis vaksin hidup seperti OPV dapat berubah menjadi bentuk patogenik.

Resiko paling sering terjadi pada pemberian dosis pertama dibandingkan dosis berikutnya. Resiko yang relatif sangat jarang tersebut memang tidak boleh diremehkan, namun bukan menjadi alasan untuk menghindari pemberian vaksinasi OPV karena pemberiannya terbukti sangat berguna untuk menghindari penyakit polio dan menurunkan kasus polio di dunia. Untuk mengurangi kejadian ikutan paska imunisasi maka sebaiknya harus memperhatikan secara cermat kondisi kesehatan penerima imunisasi.

Kejadian ikutan pada janin belum pernah dilaporkan, namun OPV jangan diberikan pada ibu hamil 4 bulan pertama kecuali terdapat alasan mendesak misalnya bepergian ke daerah endemis poliomielitis. Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin inactivated dan virus hidup lainnya, tetapi tidak boleh diberikan bersama vaksin tifoid oral. Bila BCG diberikan pada bayi, tidak perlu memperlambat pemberian OPV, karena OPV memacu imunitas lokal dan pembentukan antibodi dengan cara replikasi dalam usus.

Di dalam vaksin polio OPV dan IPV mengandung sejumlah kecil antibiotik (neomisin, polimisin, streptomisin) namun hal ini tidak merupakan kontra indikasi kecuali pada anak yang mempunyai bakat hipersensitif yang berlebihan.

Tampaknya dengan era globalisasi dimana mobilitas penduduk dunia antar negara yang sangat tinggi dan cepat mengakibatkan kesulitan dalam mengendalikan penyebaran virus ini. Selain pencegahan dengan imunisasi polio, harus disertai dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan higiena sanitasi perorangan untuk mengurangi penyebaran virus yang kembali mengkawatirkan ini.

- Keadaan yang tidak boleh divaksinasi OPV :
1. Penyakit akut atau demam (suhu lebih 38,5 C)
2. Muntah atau diare
3. Sedang menerima pengobatan kortikosteroid (imunosupresan) dan pengobatan radiasi umum (termasuk kontak penerima)
4. Penyakit kanker atau keganasan (termasuk kontak penerima) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial (seperti limpoma, leucemia, penyakit hodgkin) dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu misalnya hipogamaglobulinemia.
5. Penderita infeksi HIV atau AIDS (termasuk kontak penerima)
]
Menurut Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) dan Committees on Infectious Diseases of the American Academy of Pediatric (AAP).(dr Widodo J SpA)

ps : Tante Dinny, batuk dan Asmanya menyusul yah... panjang sekali euy :)

Tuesday, November 29, 2005


Menumbuhkan Minat Baca pada Anak

Di Harian Kompas Minggu, 27 Nopember 2005, ada advertorial yang mengulas tentang menumbuhkan minat baca pada anak. Disebutkan bahwa masyarakat (dari berbagai kalangan) masih belum memahami benar pentingnya membaca.

Padahal melalui buku, seseorang dapat memperkaya wawasan, memperluas cakrawala berpikir, mengasah daya imajinasi, menambah kosa kata baru, ataupun mengetahui tempat-tempat di belahan dunia lain yang belum pernah dikunjungi.

Menumbuhkan minat membaca pada anak harus dimulai sejak dini namun tidak bisa dipaksakan begitu saja. Membutuhkan proses yang cukup panjang dan berbeda-beda pada setiap anak. Untuk memulai, bisa dengan memberikan buku cerita bergambar, penuh dengan warna sambil kita membantunya untuk mengenali huruf dan warna.

Semakin besar usia anak, buatlah jadwal rutin untuk membeli buku bersama, misalnya setiap anak mendapat prestasi disekolah. Walau anak sudah dapat membaca sendiri, tak ada salahnya jika sesekali kita mendampinginya atau membaca buku bersama-sama.

Seperti orang bilang, anak selalu meniru apa yang orang tuanya lakuka. Atau anak merupakan cermin orang tua. Jadi jika kita mencintai buku, sering membaca buku, maka anak akan mencontoh dan tak terlalu sulit mengajaknya mencintai buku.

Ketahuilah kesukaannya sehingga kita dapat memberikan buku-buku kesukaannya. Dari hal-hal yang sederhana, lama kelamaan akan tumbuh sendiri rasa ingin tahu yang lebih besar sehingga mereka pun mencari buku dengan tema lain.

Disalah satu milis yang Ibu ikuti, disebutkan juga untuk menumbuhkan minat baca anak adalah berawal dari orang tua. Kalau orangtuanya suka baca, kemungkinan besar anaknya suka membaca. Ada juga tipsnya lho seperti :

1. Bacakan buku untuk anak setiap hari (jadikan kebiasaan).
2. Usahakan buku mudah dilihat dan dijangkau oleh anak
3. Ajak anak ke tempat yang ada di buku
4. Bacakan dengan ekspresi
5. Lakukan dengan kegiatan mendongeng.
6. Perkenalkan anak pada bacaan-bacaan yg ada di sekitar kita
7. Beri kesempatan mengarang
8. Libatkan seluruh anggota keluarga
9. Ajak anak bereksperimen
10. Mulai dengan orangtua membaca
11. Hargai buku, berikan sebagai hadiah
12. Lakukan dengan gembira

Alhamdulillah, Lily (5,4 tahun) sekarang udah bisa baca. Walaupun belum lancar, karena kalau kata yang terdiri dari lima atau enam suku kata seperti Menumbuhkan, dia kadang suka lupa baca suku kata akhir, jadi hanya dibaca Menumkan atau kalau baca Matahari, Lily bacanya Matari.

Sama kalimat yang ada kata Ng, nah itu suka bablas bacanya. Misalnya : Mengajak, kadang Lily baca men-ajak. Tapi lumayanlah, setidaknya sekarang ini Ibunya udah gak usah terlalu cape bacain buku cerita, yang kadang-kadang selama satu bulan bisa satu buku aja dibaca, sampai Ibu hapal isi ceritanya...he....he...

Meski Lily suka ikutan baca kalau dilihat Ayah - Ibunya baca, tapi belum tahu apa dia berminat baca buku atau tidak. Yang jelas nih, Ibu suka tanya ceritanya lagi sama Lily kalau dia lagi baca buku. Meski kadang ceritanya kadang loncat-loncat gak sesuai buku, tapi dia kayaknya udah ngerti isi buku itu.

Atau kalau Ibu lagi ngetik, suka ngajak Lily. Jadi Ibu ngetik, Lily baca :) Kadang kalau lagi ngetik buat blog seperti ini dan isinya tentang dia, Lily nanya kok ada namaku sih bu ? ceritanya tentang aku yah ? Emang aku kayak gitu ?

Nah kalau sudah begitu urusannya bakal panjang :) secara ibu musti nerangin panjang lebar kenapa ibu musti ngetik tentang dia.

Friday, November 25, 2005


Kak Lily aka Kak Sarah


Sinetron Kiamat Sudah Dekat (KDS) memang T O P B G T :)

Sinetron ini gak hanya menarik perhatian penonton tivi dari kalangan awam tetapi juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Para pemainnya sampai diundang ke istana lho sama bapak presiden !

Sinetron ini sebenarnya merupakan adaptasi dari film Kiamat Sudah Dekat (kita nonton lho filmnya). Cuma kalau di film pemeran Kak Sarahnya dibintangi Ayu Pratiwi, Mama Bang Fandi diperani Chintami Atmanegara, trus Bu Endang oleh Dewi Yull, trus temannya Bang Fandi yang gendut diperanin ama Ronni Dozer, nah disinetron beda. Yang sama cuma Haji Romli, Bang Fandi dan Saprol.

Kisah-kisah dari sinetron ini gak ngada-ngada dan biar diperpanjang tapi gak kayak Tersanjung...uuups (Ibu ngeledek nih..he...he..). Ceritanya benar-benar dibikin duniawi, natural seperti yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Misalnya aja nih, rencana Kak Sarah mau nikah sama Bang Fandi, babe pengen rumahnya digedein. Ini permintaan babe secara halus supaya Kak Sarah tetep tinggal ama babe.

Ini juga terjadi lho waktu Ibu nikah sama Ayah, Ompung Guru minta supaya Ibu - Ayah gak usah ngontrak alias tetep tinggal dirumah karena alasannya sayang kamar Ibu dibiarin kosong. Tapi kan Ayah - Ibu pengen mandiri...he...he..., jadi deh ngontrak di Bukit Duri.

Akting para pemain sinetron ini seperti Babe Haji Romli (Haji Deddy Mizwar), Bang Fandi (Andre Stinky), Kak Sarah (Zaskia Mecca), Saprol (Reza), Bu Endang (Cici Tegal), Kipli (Sakurta Ginting), Papa (Anwar Fuadi), benar-benar OK'S deh.

Saking ok'snya Lily, yang gak pernah absen nonton KDS, sampai niruin gaya Kak Sarah dan pengen dipanggil kak Sarah...he...he.. Lily bilang Kak Sarah cantik. "Tapi kok Kak Sarah gak ada ibunya yah ?", tanya Lily. Ibu bilang, Kak Sarah ibunya udah meninggal. "Wah kasihan yah. cantik-cantik ibunya udah meninggal", kata Lily. Waks...apa coba maksudnya :)

Gara-gara KDS juga, Lily lagi seneng bersandiwara sendiri. Ntar nih, tiba-tiba dia di kamar sendirian. Pas diliat dia pakai jilbab, trus ngumpulin semua bonekanya, trus ngomong deh sendirian...he...he...

Atau kalau gak, abis pulang sekolah, ganti baju doank, jilbabnya tetep dipake mondar mandir sambil pake tas tangan Ibu, bergaya seperti pemain sinetron. Ampun deh.

Duh apa ibu seperti Lily yah dulu :)

Wednesday, November 23, 2005


Bijak Menggunakan Antibiotik

Di sessi ke-4 Pesat 4, Sabtu, 19 Nopember kemarin, yang berlangsung di Hotel Pradana, Ragunan, Jakarta Selatan, mengulas tentang Penggunaan Antibiotika dengan Bijak (Pak Syamsul), Bahaya Resistensi Antibiotika (dr. Purnawati, SpAK, MMPed), dan Batuk Asma (dr. Arifianto).

Acaranya bagus. Jadi bikin ibu tambah melek tentang obat-obatan, juga tentang kesehatan anak-anak. Seperti kata dr. Wati tercinta, jadilah Smart Parents, tahu apa yang musti dilakukan saat menghadapi anak sakit (gak keburu-buru kedokter gitu) dan bijak dalam menggunakan obat-obatan.

Karena panjang bahasannya, Ibu bikinnya bersambung aja yah...he...he... Yang pertama ini aja dulu, karena paling nempel diotak :)

Kita pasti tahu atau sering dengar istilah antibiotik. Ternyata antibiotik itu gak hanya untuk obat-obatan lho, tapi juga bisa untuk pembersih lantai. Coba deh kerumah sakit, baunyanya itu lho, menurut dr. Wati, kebanyakan lantai di rumah sakit, dibersihkan dengan antibiotik karena memang disana banyak terdapat kuman penyakit.

Nah, kalau ada rumah yang suka pakai pembersih lantai, coba deh periksa apa ada antiseptik di pembersih lantainya. Karena antiseptik tidak diperlukan dirumah, sebab kuman-kuman yang berada dirumah tidak sejahat yg ada di rumah sakit.

Virus tidak dapat dibunuh oleh antibiotika tetapi oleh sistem kekebalan tubuh. Dan keliru jika menganggap bakteri itu jahat. Sebab bakteri didalam pencernaan berfungsi :
1. Mengubah makanan menjadi nutrisi
2. Memproduksi B & K
3. Memperbaiki sel dinding usus yang tua dan rusak
4. Merangsang gerak usus - tidak mudah konstipasi
5. Menghambat berkembangnya bakteri jahat - bagian dari sistem imun tubuh.

Penggunaan antibiotik itu dibagi 2 yaitu :
- Narrow Spectrum (digunakan untuk membunuh jenis bakteri tertentu). AB jenis ini adalah ampicilin dan amoxycilin.
- Broad Spectrum, membunuh semua jenis bakteri. Jenisnya : Cephalosporin generasi 3 dan 4. Hindari pemakaian AB jenis ini.

Dampak negatif AB :
1. Gangguan saluran cerna : diare, mual-mual, dehidrasi
2. Demam (drug fever).
3. Gangguan darah
4. Reaksi alergi
5. Kelainan hati
6. Gangguan fungsi ginjal.
7. Bagi ibu hamil, penggunaan AB dapat mempengaruhi janin
8. Bakteri resisten.

Kapan kita bisa menggunakan AB :
- Pada penyakit tonsilitis (radang amandel)
- Demam
- Diare

Pemberian antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan kuman yang tidak terbunuh mengalami perubahan diri (mutasi) menjadi kuman yang tidak mempan dilawan antibiotik. Kuman ini disebut “superbugs”. Selain itu, “superbugs” juga sering lolos dari serangan sistem imun tubuh karena perubahan diri tersebut menyebabkan sistem imun tidak dapat lagi mengenali si kuman.

Semakin sering mengkonsumsi antibiotik, semakin besar kemungkinan terinfeksi bakteri resisten dan semakin sering jatuh sakit. Infeksi karena bakteri resisten lebih sulit disembuhkan, lebih lama sakit, butuh antibiotika yang lebih kuat dan butuh biaya pengobatan lebih mahal.

Untuk mencegah resistensi AB
- Tidak menuntut dokter meresepkan antibiotika jika tidak perlu
- AB termahal, terkuat, bukan berarti yang terbaik
- Konsumsi antibiotika sesuai anjuran dokter
- cuci tangan dengan sabun ; cegah penularan
- cuci makan dengan benar
- rebus makanan sampai matang
- tidak menggunakan antiseptik untuk pembersih lantai.

Buat dokter :
- Cuci tangan selesai periksa pasien
- tidak memberi AB untuk infeksi virus
- jangan langsung memakai broad spectrum
- isolasi pasien yang terinfeksi kuman resisten
- update informasi pola kuman yang resisten.

Nah segitu dulu deh, ntar disambung lagi sama Ibu tentang batuk dan asma. Oh yah, disesi ini akhirnya ibu ketemuan sama dr Arifianto.

Friday, November 18, 2005

Alhamdulillah, Kayla Sudah 11 Bulan




Hari ini, tanggal 18 Nopember 2005, de' Kayla sudah berusia 11 bulan, Insya Allah tepat 18 Desember nanti berusia satu tahun. Gak terasa, perasaan tahun lalu masih didalam perut dan masih bayi merah.

Perkembangannya semakin banyak terutama dari segi perngocehan, pergigian, sudah bisa berdiri sendiri meski gak lama, udah mulai dititah, dan yang paling gak tahan udah bisa nonton TV sendirian...he...he...

Sekarang makannya pakai bubur nasi dicampur dengan sayur sop atau sayur bening. Makannya dipisahin biar de' Kayla tahu dengan segala rasa. Mandinya juga udah jarang pakai air hangat lagi. Kayla mandi pakai air dingin, dan kalau mandi betah banget lama karena dia senang main air apalagi kalau ada selang.

De' Kayla juga suka gangguin Kak Lily. Misalnya aja nih Kak Lilynya lagi asyik nulis, trus nanti diambil deh pensilnya atau ikutan nulis alias corat-coret bukunya Kak Lily. Lain waktu, kalau de Kayla bangun tidur duluan, pasti deh kalau liat Kak Lily ada disamping langsung jadi sasaran cubitnya. Atau kalau gak tidur diatas perutnya Kak Lily.

Kalau udah begitu alamat Kak Lily jadi nangis dan ngambek. Tinggal ibu, yang kelimpungan, ngebujuk dan misahin. Duh, yang satu masih kecil aja udah terjadi pertengkaran, gimana kalau keduanya udah gede yah :(

Soal ngoceh, de' Kayla lagi top-top bilang : ma...ma...ma, pa...pa...pa, ya...ya...ya, da...da...da, sama he...he...he... De' Kayla juga sudah bisa tos, nyuwun, sama salaman, semuanya ini diajarin sama si kakak lho...

Trus soal nonton, de' Kayla paling senang nonton acara Lativi yang jam 5 pagi sampai 7 pagi (yah gak jauh dari Dora dan teman-teman...he...he...) juga nonton Space Toon. Kalau dengar musik, mau musik dangdut, musik asal bunyi atau lagu religius, pasti deh langsung teriak dan joget-joget.

Ya, Alhamdulillah Kayla sehat selalu dan mudah-mudahan jadi anak sholehah, kebanggan orang tua, kakak, nenek kakek, saudara sedulur, bangsa dan negara..he...he..Amiin.

Cuma ada yang geli nih dari Kak Lily, katanya gini : Bu, nanti kalau de' Kayla udah seperti aku gedenya, aku minta adik satu lagi yah. Tapi adeknya laki kayak Dimas. *sigh*

PS : Dimas itu anak lelaki tetangga dirumah. Satu-satunya anak cowo yang Lily mau temenin...he...he..

Thursday, November 17, 2005

Mudik, Mbah Kung, Kopdar dan Buku

Tidak terasa blog ini dah lama tidak terupdate. Pertama karena keluarga yang punya blog ini mudik ke kampung halaman ayah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan pasca mudik, ayah, ibu dan Mbak Lily satu persatu jatuh sakit, mungkin karena kecapaian (padahal gak jalan-jalan jauh lho...he...he).

Seperti halnya kaum urban di Jakarta, kita pun ikut-ikutan memperkeruh arus mudik. Seperti kata orang, lebaran itu identik dengan mudik, pulang ke kampung halaman. Secara yang bener-bener punya kampung halaman ayah, maka kitapun pulang ke kampungnya ayah.

Selain itu, saat ini Mbah Kung (ayahnya ayah) sedang sakit. Mbah Kung sakit kanker saluran kemih, sudah dioperasi tetap kondisinya belum begitu menggembirakan. Dari kabar terakhir yang kita peroleh, kemotherapi yang dilakukan Mbah Kung malah bikin perut Mbah Kung semakin gak enak.

Kalau kampung halamannya ibu sih di Medan, Sumatera Utara, tapi orang tua ibu aka Ompung Doli dan Ompung Gurunya Mbak Lily dan de Kayla bertempat tinggal dan mencari sesuap nasi di Jakarta , yah jadi bisa dikatakan rang banget kita pulkam ke Medan. Terakhir ibu ke Medan aja, waktu kelas 3 SMA (15 tahun yang lalu bow !)

Berangkat ke Yogya, hari Senin tanggal 31 Oktober 2005, pukul 20.15 dengan naik kereta api Taksaka (Jakarta - Yogyakarta). Karena seperti biasa Ibu gak mau naik pesawat kalau beramai-ramai dan karena ayah gak mau terpisah-pisah (ayah sama Mbak Lily dan Ibu sama dede Kayla) diputusin kita pun naik kereta.(Duh, gimana sih cara ngilangin phobia naik pesawat sekeluarga).

Seperti biasa, kalau namanya pulang kampun, Mbak Lily tuh antusiasmenya tinggi banget. Waktu nunggu kereta aja, dia gak henti-hentinya nanya kapan keretanya datang dan begitu diumumin kereta datang Mbak Lily langsung sigap angkat koper yang beratnya gak ketulungan :)

Sampai di Yogyakarta sekitar pukul 07.00. Terlambat 3 jam dari jadwal seharusnya pukul 03.30 pagi. Gimana gak terlambat, lah di Prupuk aja, tuh kereta berhenti hampir 1 jam, belum lagi berhenti di stasiun-stasiun lainnya. Kayaknya PT KAI perlu membenahi manajemennya nih, sebab kalau setiap lebaran pasti terjadi keterlambatan jadwal. Di Stasiun Tugu, om Yan (adik bungsu ayah) sudah nungguin kita. Wah perasaan baru 6 bulan gak ketemu om Yan, tapi udah tambah tinggi ajah. Akhirnya kita pun sampai kerumah Mbah Kung di Jetis Pasiraman.

Waktu lihat Mbah Kung, kita semua merasa miris dan gak tega. Badan Mbah Kung bener-bener kurus. Dan Mbah Kung hanya bisa berbaring di tempat tidur, segala aktifitasnya dibantu sama Mbah Putri. Mbak Lily malah sampai ketakutan dan nangis gak mau salaman. "Aku gak mau...aku gak mau. Itu bukan Mbah Kung aku," katanya sambil nangis. Duh, Mbah Putri sampai nangis. Ibu sama ayah, diam gak bisa ngomong. (Baru besoknya Lily mau nemuin Mbah Kungnya).

Kalau dede Kayla, malah bikin terharu. Ini pertemuan kedua Mbah Kung sama dede Kayla (waktu Mbah Kung kolaps, dede Kayla berumur 3 bulan udah ketemu). Dede Kayla, malah cium-cium pipi Mbah Kung. Gak cuma sekali, berkali-kali lho...he...he kayak udah ngerti aja kangen sama Mbahnya.

Karena rumah Mbah Kung kecil dan Mbah Kung bener-bener butuh istirahat, kita tidur dirumah Eyang Kus, yang kebetulan dijadiin kost-kostsan dan didepan rumah Mbah Kung. Ternyata sama Om Wowo, kamar kita udah disiapin pake dicat baru segala..he...he..(makasih yah Om).

Selama di Yogya, kita gak kemana-mana. Jalan-jalan ke Malioboro aja itu karena janjian sama Bundanya Shafa Hafiz, yang kebenaran datang ke Yogya dari Solo. Setelah sms-smsan kita janjian ketemu di Mirota Batik. Ampun..ampun deh, heran yah meski harga-harga pada mahal, yang namanya Mirota Batik itu, pengunjung berjibun-jibun. Jadinya ditengah kepadatan itu, Ibu beserta ayah dan Mbak Lily ketemuan dengan keluarganya Tante Lilik.

Mungkin karena penuh, Lily yang sejak dari perjalanan tanya-tanya terus apa boleh kenalan sama Shafa Hafiz, eh begitu di Mirota malah asyik keliatin sikura-kura. Meski sebentar ketemuannya dan disayangkan sampai kelupaan photo-photo, senang banget rasanya bisa ketemuan. Dan percaya gak, ini ketemuan pertama lho setelah 3 tahun Ibu jadi anggota milis Dunia Ibu dan kenal nama Bunda Shafa Hafiz. Yang gelinya, bisa ketemuan ini gara-gara blog ho...he...he..(Emang blog gak ada matinye!).

Sayangnya, setelah janjian via sms, Ibu gak bisa ketemuan sama Tante Rhien dan Mas Farrel, yang kebetulan pulang kampung ke Yogya dari Qatar. Pada hari H mau ketemunya, tiba-tiba Mbah Kung harus kerumah sakit karena tiba-tiba drop. Sementara kita juga sudah musti pulang ke Jakarta, pada Jumat tanggal 11 Nopember itu. Tante Rhien, mudah-mudahan lain waktu bisa ketemuan yah :)

Selama di Yogyakarta, karena gak kemana-mana, Ibu berhasil menyelesaikan bacaan novel yang tertunda (itupun karena nyewa dari KK Rental Book. Nanti mo bikin ceritanya tersendiri nih). Novel-novel yang terselesaikan itu adalah Wajah Sebuah Vagina, Perempuan di Titik Nol - Nawal el Saadawi, Cermin Retaknya Irfan Hidayatullah (ketiga buku ini dibawa dari rumah), 12:00 amnya Veven Sp, Cinta Sang Naga dan Sang Mucikarinya V. Lestari, dan tentu saja novel-novelnya Barbara Cartland..he...he (jangan tanya kenapa gw suka yah).

Oh yah, kita balik ke Jakarta Jumat tanggal 11 Nopember, dan kembali naik kereta api Taksaka. Seperti waktu berangkat, sampai Jakarta keretanya juga telat sampai pukul 07.30. Mangkel banget deh, karena dede Kayla udah kecapean dan udah gerah pengen mandi. Sampai dirumah kita harus kerja keras bebersih karena hampir dua minggu, rumah ditinggalin, sampai-sampai debunya minta ampun banyaknya :)

Mungkin karena kecapaian itu, akhirnya Ibu, Ayah dan Lily, jadi pada sakit. Cuma heran aja, kok 4 bulan terakhir ini, Ibu rutin banget terserang flu dan batuk, apa karena hidung sudah kembali tidak beres dan penyakit lama menghampiri yah. Kayaknya musti cek ke dokter THT nih !

Nah segitu dulu, ceritanya mudah-mudahan kami bisa menikmati dan bertemu kembali dengan ramadhan yang akan datang dan bisa berlebaran kembali. (sayang..photo-photonya belum bisa diupload lagi error nih).