Thursday, August 28, 2008

To All My Friend I Loved

Selain tradisi nyetok-nyetok makanan seperti kata si eneng geulis, menjelang bulan Ramadhan ini, saya rajin berkirim sms dan menyambangi blog-blog teman, baik yang rajin saya kunjungi, sesekali saya kunjungi, satu dua kali saya kunjungi, atau baru pertama kali saya kunjungi, untuk mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan meminta maaf jika ada salah-salah ketikan dalam tulisan yang saya tinggalkan di blog teman-teman, atau salah kata dan tindakan selama pertemanan yang indah.

Entah siapa yang memulai, tradisi saling maaf memaafkan menjelang bulan puasa ini sudah saya ikuti sejak saya duduk di bangku sekolah dasar. Dan saya ingat jelas, sewaktu sekolah, kala sekolah sempat libur di bulan Ramadhan, sambil menerima raport, Bapak/Ibu Guru mengucapkan selamat berpuasa dan saling bermaaf-maaf-an. Dan bermaaf-maaf-an kembali terjadi pada hari Kemenangan itu, Idul Fitri.

Tapi, apakah maaf itu keluar dari hati yang tulus ? Apakah maaf itu hanya kita ucapkan sekali dalam setahun ? Dan apakah kita, ikhlas mengucapkan atau memberikan maaf ? Hanya Tuhan dan diri kita seorang yang tahu.

Jujurly, memaafkan orang lain, apalagi jika orang itu telah mengecewakan hati kita, merupakan suatu hal yang sulit. Rasanya seperti ada batu besar yang diletakkan diatas kepala kita, yang sulit kita angkat saat kita akan memberikan maaf itu. Kata maaf, rasanya seperti barang langka, untuk kita ucapkan setiap hari.

Padahal, dalam setiap hitungan waktu dan hari yang kita jalani, kerap kita saling bersinggungan, berbeda pendapat, saling mengejek, saling nyacat dan nyampah (lirik-lirik ke milis error), dan saling gontok-gontokan.

Kita sudah sering diingatkan bahkan belajar sejak dari kecil, bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk saling mengasihi, mengampuni dan memaafkan sesama. Tak perlu menunggu waktu puasa dan lebaran, untuk saling memberi maaf. Ramadhan dan Idul Fitri, adalah bonus waktu yang diberikan Allah SWT, untuk membersihkan jiwa kita dengan saling memaafkan.

Namun, seperti kata pepatah, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, atau tak ada gading yang tak retak, sebelum mencoba untuk rajin-rajin memberi maaf, pergunakanlah waktu yang indah ini untuk saling memaafkan.

Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam, untuk semua teman saya, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Teman gaul, teman chatting, teman milis-milis, teman ngeblog, teman twitter, teman ngeplurk, dan sebagainya, ijinkan saya :

Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga, Ramadhan ini terasa menyejukkan dengan maaf tulus yang kalian berikan.